Title : Just Think About You – Gotta Be You
Author : RitsuKim
Genre : Drama, Romance
Length :
Chapter
Main cast : Kim Jongwoon, Kim Hyeri, Park Jongmi, and
other cast.
Song title and credit : One
Direction – Gotta Be You
Download Songs : here (but you must sign up or log in first, ^^)
Complete Lyrics :
here
A/N : holaa.. sedikit penjelasan. Jadi ini tuh lanjutan
dari Just Think About You – On My Mind. jadi ini songfic sebenernya punya judul
Just Think About You dan berlabel continue, cumin tiap chapternya itu punya
judul-judul sendiri dan song inspired sendiri. Begitchu. So read and comment
please.. ^^
Hari
ini aku menunggu bis untuk pulang dengan perasaan dan pikiran yang tidak
karuan. Apalagi kalau bukan karena satu nama itu. Kim Jongwoon. Tuhan, kenapa
orang itu harus muncul lagi di hadapanku? Kenapa aku tidak bisa lepas barang
sebentar dari semua hal tentangnya?
Jongwoon
POV
Tentu
saja dia pasti akan menolakmu habis-habisan Jongwoon ah. Mana ada wanita yang
akan menerimamu lagi setelah kau tinggalkan begitu saja tanpa alasan yang jelas
lalu menghilang tanpa kabar. Wajar saja dia marah. Pantas dia sakit hati padaku
dan bahkan melihat wajahku pun ia tidak sudi. Sudah seharusnya dia membenciku.
Apa
yang harus aku lakukan? Kenyataannya selama 5 tahun ini aku masih saja teringat
padanya. Sekeras apapun usahaku untuk melupakan dan melenyapkan dirinya dari
ingatanku, ia selalu berhasil menelusup ke dalam pikiranku.
Bahkan
ketika hari pernikahanku dan ketika aku mengikat janji setia dengan calon
istriku, yang ada dalam pikiranku hanyalah dia, Hyeri. Berangan-angan wanita di
sampingku adalah Kim Hyeri. Wanita yang sudah berhasil merampas seluruh hati
dan pikiranku. Aku tahu, aku sangat-sangat salah. Harusnya aku memikirkan calon
istriku dan bukannya Hyeri. Tapi seolah pikiranku mempunyai kontrol sendiri
atas diriku dan menolak untuk melupakan Hyeri.
Sampai
saat malam pengantin pun aku sudah mengecewakan istriku, Jongmi. Pikiranku
masih saja tertuju padanya. Yang terbayang olehku hanya Hyeri. Seandainya saat
itu aku bersamanya. Bahkan saat aku menyentuh Jongmi pun yang kubayangkan
malah Hyeri. Wajah Hyeri yang merona ketika aku menggodanya, ekspresi wajahnya
yang selalu membuatku gemas padanya. Sampai Jongmi merasakan ada yang tidak
beres denganku. Ia bertanya apa ada masalah yang sedang kupikirkan. Aku menjawab
tidak ada apa-apa, tapi ia tidak percaya padaku. Sampai akhirnya Jongmi
berhasil membujukku menceritakan semuanya. Setelah kuceritakan semuanya aku
benar-benar meminta maaf padanya. Dari raut wajahnya kulihat Jongmi kecewa.
Tentu saja ia kecewa, wanita mana yang tidak akan kecewa kalau mengetahui bahwa
pria yang menikahinya ternyata mencintai wanita lain dan juga pria itu
menikahinya untuk menyelamatkan perusahaannya sendiri, bukan atas dasar cinta.
Aku benar-benar merasa menjadi pria yang sangat brengsek waktu itu.
Dan
lagi-lagi Jongmi membuatku semakin menjadi pria tak tahu diri. Dia malah
tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa. Ia ternyata tidak mengatakannya pada
siapapun tentang aku yang menikahinya karena perusahaan. Sebelumnya aku malah
berpikir Jongmi akan langsung memintaku menceraikannya. Tapi tidak, ia malah memberikanku
kesempatan untuk memperbaiki kehidupanku. Ia meminta kepada ayahnya agar aku
dipercayakan mengurus salah satu cabang perusahaan milik ayah Jongmi. Dan
akhirnya aku dipercayakan untuk mengurus perusahaan yang berada di Mokpo. Aku tidak
menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku berusaha keras sampai akhirnya cabang
perusahaan di Mokpo berkembang pesat karena hasil kerja kerasku.
Sesudah
5 tahun aku menangani perusahaan di Mokpo, mertuaku, Park Youngmin jatuh sakit.
Dan itu membuatku harus kembali ke Seoul menggantikan mertuaku mengurus
perusahaan pusat di Seoul ini karena Jongmi adalah anak satu-satunya dari Park
Youngmin dan aku adalah suami Jongmi, maka otomatis aku yang harus menangani
perusahaan pusat.
Sungguh
tidak kuduga, di hari pertama aku masuk ke perusahaan, ketika aku mengunjungi
setiap bagian di perusahaan, aku melihatnya. Kim Hyeri. Wanita yang tak pernah
lepas dari pikiranku. Ia berada disana, berdiri melihatku. Tentu saja aku
terkejut melihatnya. Ingin rasanya aku langsung menghambur ke arahnya dan
memeluknya erat-erat tanpa pernah kulepaskan lagi. Namun aku teringat keadaan
saat itu, aku disini sebagai pimpinan perusahaan yang tengah melihat-lihat
setiap bagian perusahaan ini. Dapat kulihat raut wajahnya juga menunjukkan kalau
ia terkejut melihatku ada di hadapannya.
Setelah
kunjungan ke setiap bagian perusahaan ini, aku memutuskan untuk beristirahat
sejenak di dalam ruangan kerja baruku. Aku masih memikirkan hal tadi. Hyeri ada
di perusahaan ini. Dia bekerja disini. Apa yang harus kulakukan?
Aku
harus berbicara dengannya. Aku harus minta maaf padanya dan menjelaskan
semuanya. Semua hal yang menjadi alasanku untuk meninggalkannya. Tidak, tapi ia
pasti tidak akan memaafkanku. Namun ini adalah kesempatanku untuk menceritakan
semuanya padanya. Aku harus berusaha dulu. Dan kusuruh sekretarisku untuk
memanggilkan Hyeri. Tak lama Hyeri datang ke ruanganku. Begitu ia masuk ia
melihat sekilas ke arahku dan kembali menunduk. Bahkan saat aku berbicara
dengannya pun ia tetap menunduk. Apa saking kau membenciku bahkan untuk melihat
wajahku pun kau tidak mau Hyeri ah? Begitu aku mulai membahas kejadian 5 tahun
lalu, tanpa kusangka ia memotong pembicaraanku, ia berdiri, meminta maaf
kepadaku dan pamit keluar ruanganku dengan segera. Aku berusaha mencegahnya,
tapi ia berjalan dengan cepat. Hyeri ah, apa kau sangat begitu membenciku? Aku
tahu aku salah dulu, meninggalkanmu begitu saja dan menghilang dari
kehidupanmu. Tapi hyeri ah, apa kau tahu, meskipun aku pergi meninggalkanmu dan
menghilang dari kehidupanmu, hati dan pikiranku terus memikirkanmu. Aku masih
sangat mencintaimu Hyeri ah.
Hari ini berlalu begitu saja. Pikiranku di hari pertamaku memimpin perusahaan
ini malah dipenuhi oleh satu nama. Kim Hyeri. Aku memutuskan untuk pulang saja.
Dan saat aku menjalankan mobilku keluar dari pelataran gedung perusahaan, aku
melihat orang yang kupikirkan seharian ini tengah duduk di halte menunggu bis
yang akan ia tumpangi. Kuputuskan untuk menepikan mobilku. Menunggunya menaiki
bis. Dan tak lama kulihat ia memasuki salah satu bis yang singgah disana.
Begitu bis yang ia naiki mulai melaju, aku mengikuti kemana arah bis itu.
Aku terus mengikuti sampai Hyeri turun di salah satu halte lain dan ia
berjalan menuju sebuah apartemen tak
jauh dari halte tempat ia turun tadi. Jadi ia tinggal di salah satu apartemen
disini? Kucatat dengan jelas dalam ingatanku, dan aku memutar arah mobilku
kembali, menuju rumah tempat tinggalku.
*J&H*
Hyeri
POV
Apa
yang harus aku lakukan kalau aku bertemu lagi dengannya? Itu yang kupikirkan
pagi ini. Ntahlah, rasanya sulit untuk kupercaya kalau kemarin aku bertemu lagi
dengan Jongwoon oppa. Ketika tekadku sudah bulat untuk mulai berusaha
melupakannya, takdir malah membawaku untuk bertemu dengannya lagi. Dan kenapa
di saat aku bisa kembali bertemu dengannya, ternyata ia sudah menjadi milik
orang lain? Masih kuingat dengan jelas pembicaraan rekan kerjaku yang
mengatakan kalau Kim Jongwoon sudah beristri. Dan itu membuatku yang masih
memikirkan dirinya kembali merasa terluka.
Kulihat
lagi pantulan diriku di cermin. Yah, kurasa sudah cukup rapi. Mau tidak mau,
meskipun aku enggan masuk kerja hari ini, aku harus tetap masuk. Ketika kubuka
pintu apartemenku, betapa terkejutnya aku mendapati seseorang tengah berdiri di
depan pintu apartemenku. Sepertinya ia hendak memencet bel pintu apartemenku
ketika aku membuka pintu.
“Jongwoon
oppa..” panggilku dengan suara yang lirih. Kulihat ia juga terkejut saat aku
membuka pintu, dan wajahnya semakin terlihat kaget ketika aku menyebutkan
namanya dan masih memakai sebutan oppa. Dengan segera aku mengendalikan diriku
lagi.
“Kim
Sajangnim, bagaimana anda bisa mengetahui tempat tinggal saya?” kembali aku
menundukkan wajahku ketika aku berbicara dengannya.
“Hyeri
ah, kumohon.. dengarkan penjelasanku. Aku akan menceritakan semuanya yang
terjadi 5 tahun lalu. Jebal..” ia berbicara dengan nada memohon pada setiap
kata-katanya.
“maaf
sajangnim, saya harus segera berangkat bekerja, kalau tidak saya akan terlambat
datang ke kantor.” aku mengunci pintu apartemenku terlebih dahulu dan ketika
aku akan pergi dari hadapannya ia menahan kedua bahuku.
“kumohon
Hyeri ah.. berikan aku waktu untuk menjelaskan semuanya. Aku minta maaf atas
apa yang terjadi 5 tahun lalu.” Ia masih tetap bersikukuh, menahanku.
“Kim
sajangnim, saya akan terlambat kalau anda terus menahan saya disini. Apa anda
ingin membuat karyawan anda sendiri telat datang bekerja?” ucapku yang nyaris
tanpa ekspresi.
“tapi,”
ia terlihat bingung untuk menjawab perkataanku.
“sebaiknya
anda juga segera berangkat ke kantor sajangnim. Maafkan saya.” Aku melepaskan
cengkramannya pada kedua bahuku dan hendak pergi meninggalkannya, namun, ia
kembali menahan lenganku dengan memegang pergelangan tangan kiriku setelah aku
baru berjalan beberapa langkah darinya.
“ayo
kita berangkat bersama.” Aku terdiam mendengar ajakannya tersebut. Kemudian aku
berbalik menghadapnya.
“sajangnim,
anda adalah atasan saya. Dan saya hanya karyawan kecil di perusahaan yang anda
pegang. Jadi tidak sepantasnya jika saya pergi bersama dengan anda. Apa kata
karyawan anda yang lain bila melihat anda datang ke kantor dengan saya yang
hanya karyawan biasa? Dan anda juga sudah beristri. Anda juga harus memikirkan
posisi saya sebagai karyawan di perusahaan anda. Tidakkah orang-orang akan curiga
bila melihat saya datang ke kantor bersama dengan sajangnim? ” kataku panjang
lebar.
“aku
bisa mengatakan kalau aku tidak sengaja bertemu denganmu di jalan dan
mengajakmu pergi bersama ke kantor.”
“maaf
sajangnim, saya tidak bisa. Dan tanpa mengurangi kesopanan saya, bisakah anda
melepaskan tangan saya?” aku melirik tanganku yang masih digenggamnya dengan
erat. Dan dia pun melepaskannya.
“baiklah.
Hati-hati di jalan Hyeri ah.” Tanpa banyak kata lagi, aku bergegas pergi dari
hadapannya.
Kenapa
dia membuat semuanya menjadi semakin sulit? Untuk apa dia harus menjelaskan
semuanya lagi padaku? semuanya sudah berlalu. Sudah 5 tahun, dan itu bukan
waktu yang sebentar yang membuatku sudah tidak ingin mendengarkan alasan apapun
lagi.
Jongwoon POV
Baiklah,
aku gagal bicara dengannya tadi pagi, namun aku tidak akan menyerah. Aku harus
berhasil menceritakan semua yang terjadi padanya. Dia ada dihadapanku, dan aku
tidak boleh membiarkan kesempatan ini pergi begitu saja. Aku harus meraihnya
kembali. Aku harus mendapatkannya kembali.
Saat
makan siang, aku sengaja pergi ke kantin kantor, aku melihat-lihat siapa tahu
ada Hyeri disana. Dan beruntungnya aku, kulihat ia baru saja akan duduk di
sebuah meja. Aku menghampiri kasir dan memesankan ia makanan yang aku tahu dulu
ia sangat menyukainya dan menyuruh petugas kantin mengantarkannya padanya.
Petugas kantin disana terlihat heran aku yang notabene adalah direktur utama,
lebih tepatnya yang menggantikan direktur utama disana malah pergi ke kantin
untuk para karyawan disana. Namun, aku hanya tersenyum menanggapi tatapan heran
mereka.
Ketika
pelayan kantin disana mengantarkan makanan untuk Hyeri, kuperhatikan dari
kejauhan. Kulihat Hyeri menampakkan ekspresi keheranannya. Ia terlibat sebuah pembicaraan
dengan pelayannya, dan kulihat pelayan itu menunjuk ke arahku diikuti dengan
tatapan Hyeri. Ah, sial, aku lupa untuk mengatakan jangan bilang kalau makanan
itu dariku. Tak dapat menghindat lagi, aku hanya tersenyum kea rah Hyeri yang
masih melihatku dengan tatapan yang menurutku sulit untuk diartikan. Beberapa
saat kemudian aku melihat ia berdiri dari kursinya, dan tanpa menyentuh
makanannya sama sekali, ia pergi begitu saja.
Aku
bingung harus bagaimana, aku ingin menyusulnya, tapi tidak mungkin kulakukan.
Kantin ini begitu ramai di jam makan siang ini, kalau semua orang melihat aku
mengejar-ngejar Hyeri, Hyeri bisa diperbincangkan orang-orang sekantor. Aku
tidak ingin membuatnya kesusahan. Dan akhirnya aku membiarkannya saja pergi.
Akhir-akhir
ini aku menjadi lebih sering melamun. Apalagi kalau bukan memikirkan dia. Kim
Hyeri. Aku memikirkan berbagai macam cara untuk bisa berbicara leluasa
dengannya. Tapi jangankan untuk berbicara, untuk bertemu dengannya pun terasa
sangat sulit. Aku tidak bisa begitu saja memanggilnya ke ruanganku di kantor. Di
luar kantor, tentu saja ia selalu berhasil menghindariku. Aku berusaha untuk
bisa mengantarnya pulang, namun ia selalu menolaknya dengan berbagai cara dan
alasan. Kudatangi ia ke rumahnya, ia tidak pernah membukakan pintu untukku. Dan
yang ada aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh.
Kediaman
keluarga Kim Jongwoon.
Saat
ini aku tengah berada di ruang tengah, menikmati sore hari di hari sabtu sambil
menonton televisi. Sudah lama sekali aku tidak bisa bersantai menonton TV
selain siaran berita ekonomi karena berbagai kesibukanku.
Seseorang
menepuk tanganku. Kulihat ke samping kananku, Jongmi duduk disana.
“kamu
sedang memikirkan apa? Kulihat akhir-akhir ini kamu sering melamun. Apa sedang
ada masalah di perusahaan?” tanyanya perhatian.
Aku
tersenyum pada Jongmi. Tidak mungkin aku mengatakan padanya kalau yang selama
ini ada dalam pikiranku adalah Hyeri. “gwaenchana. Tidak ada masalah apa-apa
koq. Kamu tenang saja.”
“jinjjayo?”
tanyanya memastikan dengan tatapan menyelidik.
“eo,”
“hm,
baiklah kalau kau tidak mau cerita padaku.” Aku diam saja menanggapi
perkataannya barusan. “jujur, kau sedikit berubah akhir-akhir ini. Tidak
seperti kau yang biasanya.”
Aku
beranjak berdiri, “tidak ada yang berubah padaku Jongmi ah. Yah, mungkin karena
aku masih baru dan sekarang aku harus menggantikan Youngmin aboji, jadi aku
masih belum terbiasa dengan pekerjaanku sekarang. Itu saja. Percaya padaku.”
Aku berusaha meyakinkan Jongmi. Kulihat ia masih menatapku tidak percaya. Mungkin
karena dulu aku pernah membohonginya soal pernikahan, dia menjadi kurang
percaya padaku. Jadi, ketika ada yang tidak biasa padaku, ia bisa merasakan
seperti yang terjadi dulu mungkin?
Esoknya,
hari minggu pagi aku sudah rapi mengenakan kaus dan celana jeans. Pagi-pagi aku
sudah bersiap-siap untuk pergi. Ketika Jongmi bertanya padaku, aku mengatakan
ada yang beberapa file yang harus kubawa dari kantor. Ia sepertinya
mempercayainya.
Aku
melajukan mobilku menuju ke arah yang sudah sangat kuhapal sekarang. Apartemen
Hyeri. Mianhae Jongmi ah, aku harus berbohong padamu.
Aku
kini sudah hapal kebiasaan Hyeri. Hari minggu pagi, ia selalu keluar
apartemennya dan berjalan menuju sebuah minimarket dan berbelanja disana. Aku
akan menunggunya sampai ia kembali dari minimarket dan memintanya untuk
mendengarkan penjelasanku.
Aku
menunggu di balik tembok dekat pintu apartemen Hyeri, ketika kudengar
langkah-langkah kecil mendekat, kuintip sebentar, dan ternyata memang benar,
Hyeri sudah pulang. Ketika Hyeri sedang membuka pintu apartemennya, dengan
cepat aku berjalan menghampirinya dan mendorongnya sampai masuk ke dalam
apartemen dan kututup pintunya. Matanya membesar, terkejut dengan kedatanganku.
“Apa
yang kau lakukan disi..” belum selesai ia berbicara, aku langsung membungkam
bibir mungilnya itu dengan bibirku.
Hyeri
POV
Ketika
aku sedang membuka kunci pintu apartemenku, tiba-tiba seseorang mendorongku
masuk ke dalam. Aku benar-benar terkejut melihat orang yang mendorongku masuk
adalah Jongwoon oppa.
“Apa
yang kau lakukan disi..” belum seselai aku berbicara, tiba-tiba dia menciumku.
Aku membelalakan mataku, makin terkejut atas apa yang dia lakukan padaku.
Kantong belanjaku jatuh begitu saja dari genggamanku. Dengan sekuat tenaga
kudorong dia, melepaskan ciumannya, dan kutampar pipinya. Kami sama-sama
terdiam. Ia terlihat tidak percaya atas apa yang sudah kulakukan kepadanya.
“kau
pikir aku wanita macam apa? Dengan seenaknya kau datang dan langsung
menciumku?” tanyaku dengan nada yang sedikit tinggi. Aku terbawa emosi. Kenapa
dia tiba-tiba datang dan berlaku seperti itu padaku? Apa dia tidak memikirkan
bagaimana perasaanku? Aku tahu. aku masih mencintainya sampai sekarang. Sangat
mencintainya. Tapi tidak begini caranya.
“aku
hanya ingin kau mendengarkan penjelasanku Hyeri ah. Aku sudah kehabisan akal
bagaimana caranya supaya kau mau bicara padaku. Kumohon, aku ingin memperbaiki
semuanya. Apa sudah tidak ada kesempatan lagi bagiku bahkan untuk menceritakan
sejujurnya tentang semuanya padamu?” dapat kulihat dari matanya bahwa ia memang
berkata hal yang sesungguhnya. Aku tahu, selama ini dia selalu berusaha untuk
bisa berbicara denganku. Tapi, ntahlah. Rasanya aku tidak mau diseret lagi ke
masa 5 tahun lalu saat ia tiba-tiba memutuskan untuk meninggalkanku.
Mengingatnya saja bagiku terasa sangat menyakitkan. Tapi, melihatnya sampai
seperti ini, aku jelas tidak tega. Tentu saja bagaimana aku bisa tega
membiarkan orang yang kucintai kesusahan karenaku. Setelah berpikir sedikit
lama, aku memutuskan untuk mengabulkan permintaannya itu.
“baiklah.
Aku akan mendengarkan semua penjelasan dan ceritamu.” Aku mengambil kantung
belanjaanku yang tadi terjatuh dan akan menyimpannya ke dapur.
“gomawo
Hyeri ah,” kulihat ia seperti bernafas lega dan ia tersenyum padaku. Senyuman
yang selalu aku rindukan.
“mau
minum apa?”
“hm,
apa saja Hyeri ah,”
“baiklah.
Duduk dulu,” Aku pergi ke dapur. Diam sebentar sambil menyentuh bibirku
sendiri. Walau bagaimanapun aku menghindarinya, hatiku tidak bisa berbohong.
Aku senang ketika tadi ia mencium bibirku. Rasanya rinduku padanya setelah
sekian lama sedikit terobati. Sekaligus aku juga merasa sakit kembali,
mengingat ia sudah bukan lagi milikku.
Aku
membuatkan kopi untuknya. Dulu ia selalu suka jika aku membuatkan kopi
untuknya. Kulihat ia tengah duduk di sofa. Ketika aku datang ia kembali
tersenyum, dan senyumnya semakin lebar ketika ia melihat minuman apa yang
kubawa.
“kau
masih ingat rupanya kalau aku selalu suka kopi buatanmu,” aku meletakkan
cangkir kopi itu di meja di hadapannya dan aku sendiri duduk di sofa yang
berlainan dengannya.
“jadi
apa yang ingin kau ceritakan padaku?”
Ia
terelebih dahulu mengambil cangkir kopinya dan meminumnya sedikit. “mianhae
Hyeri ah. Aku benar-benar minta maaf padamu atas perlakuanku 5 tahun lalu yang
pergi begitu saja meninggalkanmu.”
Dia
diam sebentar. Aku juga diam menunggu dia melanjutkan pembicaraannya.
“sebenarnya
aku tidak tega untuk meninggalkanmu. Tapi aku terpaksa melakukan itu semua. Aku
tahu aku salah. Aku bukan pria baik-baik. Aku hanyalah seorang pria pengecut
yang tidak berani memperjuangkan cintanya.”
Aku
diam. Masih menunggu kelanjutan ceritanya. “aku lebih memilih mengorbankanmu
dan membuatmu terluka. Waktu itu aku benar-benar berada dalam pilihan yang
sulit. Apa aku harus meninggalkanmu dan menikah dengan putrid dari rekan bisnis
ayahku atau aku harus memilihmu, wanita yang benar-benar aku cintai.”
“jadi
kau meninggalkanku dulu karena kau harus menikah dengan putri dari rekan bisnis
ayahmu untuk menyelamatkan perusahaan ayahmu begitu?” tanyaku memastikan.
“eo,
sebenarnya..” dan dia menceritakan seluruh permasalahannya dulu, bagaimana dia
harus menghadapi pilihan yang berat, antara harus memilihku dan membiarkan
perusahaan ayahnya bangkrut atau ia meninggalkanku dan menikah dengan putrid
rekan bisnisnya dan menyelamatkan perusahaan ayahnya. Aku tidak tahu ternyata
Jongwoon oppa mengalami permasalahan seperti itu.
Dan
yang lebih mengejutkanku lagi, ia berkata padaku, “kau harus tahu Hyeri ah,
ntah kenapa selama 5 tahun ini aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Aku tahu
setelah apa yang aku lakukan padamu, kau pasti amat sangat membenciku. Apalagi
ketika kita bertemu kembali, kau mengetahui kalau aku sudah menikah. Tapi ada
satu hal yang harus kau ketahui Hyeri ah. Selama 5 tahun ini aku tidak pernah
berhenti mencintaimu. Setiap aku memikirkanmu aku selalu merasa bersalah
padamu. Jadi kumohon Hyeri ah, maafkan aku.” Dia mengakhiri perkataannya dengan
tatapan memohon padaku.
Aku
benar-benar tidak menyangka sama sekali kalau ternyata ia masih merasakan hal yang
sama dengan yang kurasakan. Aku masih saja terdiam, tapi kali ini aku diam
karena pikiranku sibuk mencerna semua yang baru saja ia katakan.
“kalau
kau ingin tahu, aku menderita tanpamu Hyeri ah. Aku merindukan semuanya
tentangmu. Aku ingin kau ada disisiku. Bahkan, saat aku menikah, aku malah
berandai-andai kalau saja wanita yang berada di sampingku adalah dirimu. Aku
sangat ingin bertemu lagi denganmu. Aku pernah berubah pikiran, aku ingin
menemuimu, karena aku sudah tidak tahan ingin melihatmu. Tapi keadaan tidak
mengizinkanku untuk bisa mencarimu. Dan kini, di saat kau berada dihadapanku
kembali, aku tidak ingin melepaskan kesempatan ini. Aku ingin kembali bersama
denganmu lagi Hyeri ah. Namun, aku tahu, permintaanku ini sangatlah tidak
mungkin terjadi. Kau pasti sangat membenciku.”
Dan
ntah apa yang ada di dalam pikiranku, tanpa berkata apa-apa lagi aku menghambur
memeluknya. Aku sudah tidak bisa lagi menahan-nahan perasaanku. Air mataku
mengalir begitu saja tanpa bisa kubendung lagi. Namun kali ini bukan air mata
kesedihan, melainkan air mata terharu, bahagia, rindu.
“aku
juga. Aku masih sangat mencintaimu Jongwoon oppa. Jeongmal saranghaeyo.”
Kurasakan tubuhnya kaku saat tiba-tiba aku memeluknya.
“benarkah?”
ia melepaskan dulu pelukanku dan wajah kami berhadapan. Ia menatap mataku
lekat-lekat. “benarkah kau masih mencintaiku? Kau tidak membenciku Hyeri ah?”
“aniyo,
aku menderita sama sepertimu oppa. Tapi aku tidak bisa membencimu, aku masih
tetap mencintaimu.” Kali ini ia yang memelukku. Aku membalas memeluknya juga.
Meluapkan seluruh rasa rindu selama 5 tahun ini. Ia memelukku dengan erat
seolah tidak ingin melepaskanku.
Setelah
beberapa menit terus saling berpelukan dan ia mengusap-ngusap kepalaku, ia
melepaskan pelukannya tapi masih mengusap-ngusap kepalaku. Tanpa kusadari jarak
di antara kami semakin dekat. Dapat kurasakan hembusan nafasnya di wajahku.
Hidung kami malah sudah bersentuhan, dan beberapa saat kemudian, kurasakan
bibirnya menyentuh bibirku. Kupejamkan mataku, menerima ciumannya yang lembut dan
hangat itu. Ciuman penuh kasih sayang dan rasa cinta yang dalam.
Ah aku cemburu ah. Jongwoon sebenarnya ada berapa banyak istrimu? Dan siapa itu jongmi? Kau sekarang kembali pada hyeri? Lalu aku ini apa bagimu? Dan jangan lupa dengan siwon! Sebenarnya siapa yg kau cintai hah? #plak
BalasHapusih jongwoon gombal -_- lanjutin rim! Pasti makin banyak dramanya abis ini huwahahahaha