Title : Little Fairy
Author :
RitsuKim
Main Cast :
Oh Se Hun
Go Ah Reum (OC)
Luhan
Park Chan Yeol
Kang Yu Ra (OC)
Genre :
AU, Friendship, Romance
Rated :
G
Length :
Continue
A/N : karena ini ceritanya bergenre
AU, jadi lupakan tentang Sehun yang maknae, ceritanya semuanya satu umur, :D
cerita ini murni saya bikin karena terkesima liat muka cuek tapi sengaknya
seorang Oh Sehun pas perform di Immortal Songs 2, Hope you like it. Enjoy! RCL
please, ^^
“omo,
Chanyeol oppa!! Kyaaaaa..!!!”
Aku
hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan teman di sampingku ini. Kalau bukan
karena Yura ini sahabatku, aku malas menemaninya melihat pertandingan basket
hanya untuk fangirling seperti ini. Dapat kulihat orang yang diteriaki temanku
ini melayangkan senyuman dan melambaikan tangannya ke arah Yura.
“kyaaaaa..!!
Chanyeol oppa neomu kyeopta..!!” Yura malah semakin menjadi. Lagipula untuk apa
Yura berteriak-teriak seperti itu hanya karena Chanyeol oppa tersenyum padanya.
Bukannya Chanyeol oppanya itu selalu tersenyum padanya setiap hari? Bukannya mereka
biasa makan bersama saat istirahat? Kadang pulang bersama juga. Intinya, untuk
apa Yura meneriaki pacarnya itu seperti mereka tidak pernah bertemu saja.
“Yura
ya, berhentilah berteriak seperti itu,” kelamaan berada di sampingnya yang
berteriak sekuat tenaga itu bisa-bisa membuat telingaku tuli mendadak. Orang yang
kusebut barusan akhirnya menoleh padaku yang tengah duduk. Dengan polosnya dia hanya
terkekeh menanggapi keluhanku.
“mianhae
Ahreum ah,” Yura malah nyengir melihat wajahku yang memasang ekspresi kesal.
“mau
sampai kapan kita disini? Berhentilah berteriak seperti itu, lama-lama aku bisa
tuli,” tanyaku sembari melihat waktu di jam tanganku.
“sebentar
lagi juga selesai pertandingannya Ahreum ah, tunggu sebentar lagi ya, please,”
Yura memohon dengan mengeluarkan aegyonya. Dia tahu kalau dengan mengeluarkan
aegyonya itu aku selalu tidak bisa menolak permintaannya.
“arasseo,
arasseo, tapi jangan berteriak terlalu keras seperti tadi lagi,” baru saja aku
menutup mulut, dia sudah berteriak-teriak kencang lagi tanpa mengindahkan
permintaanku untuk tidak berteriak kencang.
---
Aku
heran, setelah berteriak-teriak tadi Yura masih saja punya energi tersisa untuk
merecokiku perihal apakah dia harus memberikan minum dulu atau cemilan dulu
pada Chanyeol oppanya itu.
“kau
berikan minumnya saja dulu,” aku memberikan masukan padanya. Padahal untuk apa
dia meributkan hal tidak penting seperti itu.
“minum
dulu ya, ah, baiklah, ayo temani aku menemui Chanyeol oppa,” Yura main menarik
tanganku saja untuk mengikutinya.
“chamkamman,
kau pergi sendiri saja ya Yura ya?” aku paling malas kalau harus menemaninya
menemui pacarnya itu di ruang ganti pemain basket. Selain karena nantinya aku
malah dijadikan obat nyamuk karena Yura asyik mengobrol berdua dengan Chanyeol
oppa, aku malas masuk ke ruangan yang penuh dengan suara berisik seperti itu. Ya,
namja-namja pemain basket itu pasti sangat berisik apalagi kalau semuanya
berbicara pada saat bersamaan dengan suara keras.
“waeyo?
Kenapa kau selalu tidak mau kalau aku ajak kesana?” Yura merenggut karena aku
bertahan tidak mau ikut dengannya.
“aku
tidak suka tempat berisik Yura ya, kamu tau kan?” aku tersenyum tidak enak pada
Yura. Bagaimana pun aku merasa sedikit tidak enak karena menolak permintaannya.
“jebal,
temani aku Ahreum ah, aku janji tidak akan lama, hanya memberikan minuman dan
camilan ini pada Chanyeol oppa, setelah itu kita pulang, ya?” Yura mulai
merengek padaku.
Aku
terdiam, makin merasa tidak enak karena Yura sudah merengek seperti itu, aku
masih saja menolaknya.
“jebal..”
Yura memohon padaku.
“hh,
arasseo, tapi janji ya cuma sebentar setelah itu kita pulang?” aku memastikan
meskipun aku tidak yakin Yura bisa hanya sebentar saja bertemu pacarnya itu.
Yura
langsung sumringah karena aku bersedia menemaninya. Dia langsung saja menarikku
berjalan menuju ruang ganti pemain basket di sebelah selatan sekolah.
Dan
sudah kuduga, aku terjebak sendiri di ruangan yang penuh dengan namja berpostur
tubuh tinggi-tinggi ini. Setelah masuk dan melihat Chanyeol oppanya, Yura malah
langsung asyik berduaan dan melupakanku. Terdengar jahat memang, tapi sebenarnya
Yura adalah teman yang baik. Dia adalah teman terbaikku semenjak SMP dan
sekarang kami masih selalu bersama sampai SMA. Dia selalu bersamaku dan
menemaniku.
Semasa
SMP, Yura adalah murid baru di kelasku. Dia cantik, pintar dan memiliki rasa
percaya diri yang tinggi. Dan satu lagi, dia juga berasal dari keluarga yang
berada. Ayahnya adalah seorang CEO di K Corp. sebuah perusahaan yang bergerak
di bidang produksi alat-alat elektronik yang sudah tembus pasar mancanegara.
Yura memiliki darah keturunan Jepang dari Ibunya. Ibunya adalah orang Jepang. Sebelum
tinggal di Korea Selatan, Yura tinggal bersama orang tuanya di Jepang. Namun karena
orang tuanya juga sering bepergian, Yura memutuskan untuk ikut dengan kakak
laki-lakinya tinggal di Seoul. Kakak laki-lakinya yang bernama Kang Jong In
kini tengah menjalani masa kuliahnya di Seoul Global University. Saat Yura baru
masuk sekolah saja sudah banyak sekali yang mendekatinya. Dalam sekejap, Yura menjadi
begitu populer di sekolahku. Yura juga dengan mudah dekat dengan murid-murid populer
di sekolahku.
Sampai
pada saat itu, di sekolah akan diadakan perlombaan antar kelas yang bernama “I’am
the Smartest”. Lomba yang mempertandingkan seberapa pintarnya dirimu. Setiap kelas
harus mengirimkan dua kandidat murid terpintarnya untuk mengikuti lomba ini. Dan
pada saat itu Park Songsaengnim yang merupakan wali kelas kami menunjukku dan
Yura untuk menjadi wakil dari kelas kami. yah, meskipun aku selalu terlihat
diam saja, aku adalah murid yang mendapatkan peringkat pertama di kelas dan
masuk peringkat 3 besar di sekolah untuk angkatanku.
Aku
hanya seorang murid biasa saja di sekolah ini, bukan murid popular seperti Yura.
Aku masuk ke Namjoo Junior High School melalui jalur beasiswa yang kudapatkan
karena aku selalu mendapatkan peringkat pertama ketika aku masih di elementary
school. Aku berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Ayahku hanya pekerja
kantoran biasa dan Ibuku adalah Ibu Rumah Tangga biasa. Kalau bukan karena
beasiswa, aku tidak akan bisa masuk ke Namjoo JHS. Selain terkenal karena prestasi
sekolah ini yang bagus, ujian masuknya yang sulit, Namjoo JHS juga memiliki biaya
masuk sekolah yang cukup mahal karena fasilitas yang disediakan sekolah ini
juga sangat lengkap. Tentu saja pendapatan yang diterima oleh keluargaku tidak
akan cukup untuk membiayaiku masuk sekolah ini.
Pada
saat itu aku tidak terlalu pandai beradaptasi dengan teman sekelasku. Aku lebih
banyak menyendiri di kelas. Aku tidak memiliki cukup percaya diri untuk bergaul
dengan mereka yang kebanyakan berasal dari keluarga berada.
Saat
Park Sonsaengnim mengumumkan bahwa aku dan Yura yang menjadi wakil kelas, Yura
yang saat itu duduk bangku didepanku berbalik dan mengajakku untuk berjuang
bersama dengan senyum riang khasnya. Aku tidak menyangka Yura mengetahui kalau
aku adalah Go Ahreum yang disebut Park Sonsaengnim, padahal aku tidak pernah
memperkenalkan diriku padanya.
Sampai
pada saat final lomba itu menyisakan 3 peserta, aku, Yura dan seorang lagi dari
kelas lain. Semua orang di kelasku banyak yang mendukung Yura menjadi
pemenangnya. Namun keadaan berkata lain. Aku menang dari Yura dengan skor
berbeda tipis. Skorku dan Yura hanya berbeda 10 poin. Dan juri memutuskan aku
yang menang dan menjadi juara lomba itu. Aku mengira Yura akan marah atau
bersikap jelek padaku, namun ternyata dia malah memberikan selamat padaku dan
mengoceh tentang dia yang harus lebih banyak berlatih dan belajar di
perpustakaan sepertiku agar dia bisa menang dariku. Aku bertanya-tanya,
darimana dia tahu kalau aku sering diam di perpustakaan.
Yura
bersikap baik padaku, namun tidak dengan teman-teman yang selalu bersamanya. Pada
saat aku akan pulang, tiba-tiba saja mereka datang padaku dan membawaku, lebih
tepatnya menyeretku ke halaman belakang sekolah. Salah seorang dari mereka
berbicara bagaimana mungkin aku bisa menang dari Yura. Harusnya Yura yang
menang dan bukan aku. Mereka menuduhku berbuat curang, malah salah satu dari
mereka menampar wajahku. Aku tidak berani melawan mereka. Aku hanya bisa diam,
aku berharap dengan aku diam mereka akan segera berhenti dan meninggalkanku. Tapi
tidak, mereka malah semakin menjadi-jadi, mereka menendang lututku sampai aku
tersungkur. Aku sudah hampir menangis sampai ada sebuah teriakan yang
mengalihkan perhatian mereka. Kudengar suara itu marah. Terdengar seperti
memarahi mereka yang tadi menyeretku kesini. Suara itu terdengar mengancam
mereka supaya tidak pernah berani-berani lagi memperlakukanku seperti tadi. Kudengar
langkah-langkah kaki pergi. Aku masih tersungkur, berlutut di tanah yang kotor.
Suara itu kini bertanya apakah aku baik-baik saja dan meminta maaf atas perlakuan
mereka padaku. Ia membantuku bangun. Dan aku melihat Kang Yura dengan wajahnya
yang cemas. Aku menjawab bahwa aku baik-baik saja dan berterima kasih padanya
karena telah menolongku.
Semenjak
kejadian itu, Yura tidak pernah lagi bersama-sama dengan rombongan yang
membullyku itu. Dia malah selalu merecokiku, mengikutiku ke perpustakaan dan
bertanya bagaimana aku bisa bertahan selalu menyendiri di sekolah.
Awalnya
aku hanya menanggapi Yura seperlunya. Aku tidak mau berurusan lagi dengan
orang-orang seperti mereka. Aku hanya ingin menjadi Go Ahreum yang selalu
menyendiri. Namun karena aku jarang menanggapi keberadaan Yura, Yura akhirnya
berbicara kalau dia kecewa karena aku jarang menanggapinya, Yura bilang dia
hanya ingin berteman denganku. Aku tertegun mendengar perkataannya. Bagaimana
mungkin seorang Kang Yura yang populer itu ingin berteman denganku?
Yura
berhasil meyakinkanku sampai akhirnya kami menjadi teman dekat. Dia selalu
membantuku dan menyemangatiku agar aku lebih percaya diri. Dia bilang dia
senang berteman denganku. Dia bilang dia sangat ingin memiliki teman yang
benar-benar mengerti dirinya, bukan teman yang ingin dekat dengannya karena dia
kaya, cantik atau yang lainnya. Dan dia bilang dia menemukan sosok teman
seperti itu pada diriku.
Semakin
lama aku juga semakin mengenal dirinya. Yura bukan seorang putri orang kaya
yang sombong seperti yang aku kira dulu. Meskipun kadang sifat manja dan selalu
ingin diturutinya itu cukup merepotkan juga. Tapi menurutnya itu yang membuat
kami cocok. Katanya sifatku yang dewasa ini cocok dengan sifatnya yang manja
itu. Aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa ia menyebutku dewasa.
Aku
tersenyum sendiri di ruang ganti basket sambil melihat-lihat fotoku dengan Yura
saat kami SMP di telepon genggamku. Sampai seseorang menepuk pundakku.
“Ahreum
ah, kenapa kau tersenyum-senyum sendiri?” ternyata Yura yang datang. Dia bersama-sama
dengan Park Chanyeol, pacarnya yang sangat tinggi seperti Namsan Tower itu.
“ah,
aniya. Pulang sekarang?” aku dengan cepat menutup handphone flipku karena kalau
Yura tahu aku sedang melihat foto-fotoku kami dia selalu heboh dan segera
bercerita pada semua orang disana mengenai pertemanan kami.
“aigoo,
jangan-jangan kau sedang melihat-lihat fotomu dengan pacarmu ya?” Yura malah
menggodaku. Padahal dia tahu karena kami selalu bercerita satu sama lain kalau
aku tidak punya pacar, dia selalu saja menggodaku seolah aku mempunyai pacar
dan menyembunyikannya dari Yura.
“Yura
ya, jangan mulai deh,” aku memutar bola mataku. Yura malah terkekeh senang bisa
menggodaku. Menurutnya aku itu harus selalu digoda supaya aku mau berbicara dan
banyak berekspresi.
“ah
iya, Ahreum ah mianhae aku tidak bisa pulang denganmu. Aku akan diantar
Chanyeol oppa. Gwaenchana?” Yura terlihat takut-takut. Mungkin takut aku marah
karena lagi-lagi dia tidak dapat menepati janjinya untuk pulang bersama. Yah,
ini sudah biasa terjadi.
“gwaenchana,
aku bisa pulang sendiri naik bis,” aku tersenyum padanya menenangkan.
“aniya,
kamu tidak boleh pulang sendiri Ahreum ah, ini sudah sangat sore, berbahaya
kalau kau pulang naik bis sendirian,”
“lalu
aku harus bagaimana Yura ya? tidak mungkin kan kalau aku naik taksi. Sudahlah lagipula
aku sudah biasa naik bis sendiri,” lagi aku tersenyum padanya.
“tidak
boleh, aku akan semakin tidak enak kalau kamu pulang sendiri,” saat itu salah
seorang namja pemain basket tadi yang aku tahu adalah teman dekat dari Chanyeol
oppa datang.
“jadi
mana Tuan Putri yang harus aku antarkan dengan selamat sampai ke istananya?”
dia bertanya pada Chanyeol oppa.
“ah,
ini dia. Luhan ah tolong antarkan teman baik Yuraku ini ya,” Chanyeol oppa
menjawab dengan cepat. Luhan oppa melihat padaku.
MWO??
Aku diantar Luhan oppa?? Apa aku tidak salah dengar. Tapi, tidak. Bisa-bisa aku
membeku selama di jalan kalau hanya berduaan dengan Luhan oppa.
“Luhan
oppa, tolong antarkan Ahreum teman baikku ini ke rumahnya dengan selamat ya. Ingat,
ga boleh di apa-apain! Kalau sampai terjadi apa-apa pada Ahreum, oppa akan
merasakan akibatnya dariku,” ancam Yura pada Luhan dengan nada bercanda.
“arasseo,
arasseo, tidak boleh diapa-apakan. Kalau aku jadikan pacarku boleh?” Luhan oppa
mengerlingkan matanya padaku.
“ah,
kalau itu sih terserah Ahreumnya,” Yura terkekeh menggodaku. Ia tahu aku
menyukai Luhan oppa, dan ia juga tahu kalau aku adalah tipe yang tidak akan
berkutik kalau dekat dengan orang yang kusukai.
“bagaimana
Ahreum ah? Kamu mau jadi pacarku?” Luhan oppa mengedipkan matanya padaku.
“eh,
tapi, aku,” aku hanya bisa tergagap menanggapi obrolan mereka.
“sudah
sana, jangan menggoda Ahreum terus. Dasar playboy,” Chanyeol oppa menepak
kepala Luhan oppa, menegur Luhan oppa supaya berhenti menggodaku. Akhirnya ada
yang mengerti juga. Terima kasih Chanyeol oppa.
“omo,
Ahreum ah, wajahmu kenapa merah begitu? Apa kau benar-benar menyukai Luhan?”
Chanyeol oppa berekspresi terkejut melihatku. Astaga, rupanya dia juga sama
saja. ==’
Apakah
mukaku benar-benar merah? Omo, ini gawat. Yura malah tidak membantu sama
sekali. Dia masih saja tersenyum-senyum padaku.
“kalian
berisik sekali. Kenapa tidak cepat-cepat pulang?” seseorang datang lagi. Aku melihat
kepadanya. Saat aku melihat padanya, tepat saat pandangan matanya mengarah juga
padaku. kami saling berpandangan. Aku sempat tertegun melihat pandangan matanya
yang terkesan acuh tapi menusuk itu.
“ah,
Sehun ah, kami akan pulang sekarang koq,” Luhan oppa yang pertama menjawab. Orang
yang disebut Sehun itu mengalihkan pandangannya pada Luhan oppa.
“pacar
barumu?” Ia bertanya dengan nada cueknya dengan mengedikkan kepalanya menunjuk
padaku.
“ah,
sayangnya bukan,” Luhan oppa pura-pura memasang wajah sedihnya.
“oh,”
Sehun oppa menanggapinya datar.
“ah,
ayo kita pulang saja Ahreum ah,” Luhan oppa tanpa ragu-ragu malah menggenggam
lenganku yang membuat jantungku rasanya mau copot saat itu juga. Dia menarikku
keluar ruangan, dan dengan baik hati ia membawakan tas sekolahku yang kusimpan
di bangku tadi.
“Ahreum
ah hati-hati ya. hubungi aku kalau sudah sampai rumah,” Yura berteriak padaku
yang tengah dibawa Luhan oppa.
Astaga,
kenapa tidak ada satupun yang mencegahku agar aku tidak diantar Luhan oppa? Seseorang
tolong aku!
-KEUT-
ya ampun, ini kenapa jadi berasa sinetron gini, XD
proudly present, my first EXO Fanfiction, :D
MANA LANJUTANNYA MANA??????
BalasHapuswkwkwkwk rima ngebuat aku baca ff straight lagi T^T tp kok ini kayaknya lebih enak di jadiin yuri? Si yura ama ahreum yg jadian gitu? fiwit xD
cie chanyeol oppa punya pacar cieee. cie luhan oppa playboy cieee (aku salah satu korban kakek luhan TvT)dan cie si sehun oppa si mata sengak nongol pas akhir2 dengan gaya pengaknya xD
lanjutin yah aku mau tau gimana akhir cerita cintaku bersama sehun oppa TvT ((aku manggil sehun oppa yes yes yes)) sehun oppa saranghae <3 /loh
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus