Selasa, 12 Juni 2012

[SongFic] Just Think About You - Gotta Be You



Title                             :  Just Think About You – Gotta Be You
Author                        :  RitsuKim
Genre                          :  Drama, Romance
Length                        :  Chapter
Main cast                    :  Kim Jongwoon, Kim Hyeri, Park Jongmi, and other cast.
Song title and credit   :  One Direction – Gotta Be You
Download Songs        :  here (but you must sign up or log in first, ^^)
Complete Lyrics         :  here
A/N                             :  holaa.. sedikit penjelasan. Jadi ini tuh lanjutan dari Just Think About You – On My Mind. jadi ini songfic sebenernya punya judul Just Think About You dan berlabel continue, cumin tiap chapternya itu punya judul-judul sendiri dan song inspired sendiri. Begitchu. So read and comment please.. ^^


Hari ini aku menunggu bis untuk pulang dengan perasaan dan pikiran yang tidak karuan. Apalagi kalau bukan karena satu nama itu. Kim Jongwoon. Tuhan, kenapa orang itu harus muncul lagi di hadapanku? Kenapa aku tidak bisa lepas barang sebentar dari semua hal tentangnya?

Jongwoon POV

Tentu saja dia pasti akan menolakmu habis-habisan Jongwoon ah. Mana ada wanita yang akan menerimamu lagi setelah kau tinggalkan begitu saja tanpa alasan yang jelas lalu menghilang tanpa kabar. Wajar saja dia marah. Pantas dia sakit hati padaku dan bahkan melihat wajahku pun ia tidak sudi. Sudah seharusnya dia membenciku.

Apa yang harus aku lakukan? Kenyataannya selama 5 tahun ini aku masih saja teringat padanya. Sekeras apapun usahaku untuk melupakan dan melenyapkan dirinya dari ingatanku, ia selalu berhasil menelusup ke dalam pikiranku.

Bahkan ketika hari pernikahanku dan ketika aku mengikat janji setia dengan calon istriku, yang ada dalam pikiranku hanyalah dia, Hyeri. Berangan-angan wanita di sampingku adalah Kim Hyeri. Wanita yang sudah berhasil merampas seluruh hati dan pikiranku. Aku tahu, aku sangat-sangat salah. Harusnya aku memikirkan calon istriku dan bukannya Hyeri. Tapi seolah pikiranku mempunyai kontrol sendiri atas diriku dan menolak untuk melupakan Hyeri.

Sampai saat malam pengantin pun aku sudah mengecewakan istriku, Jongmi. Pikiranku masih saja tertuju padanya. Yang terbayang olehku hanya Hyeri. Seandainya saat itu aku bersamanya. Bahkan saat aku menyentuh Jongmi pun yang kubayangkan malah Hyeri. Wajah Hyeri yang merona ketika aku menggodanya, ekspresi wajahnya yang selalu membuatku gemas padanya. Sampai Jongmi merasakan ada yang tidak beres denganku. Ia bertanya apa ada masalah yang sedang kupikirkan. Aku menjawab tidak ada apa-apa, tapi ia tidak percaya padaku. Sampai akhirnya Jongmi berhasil membujukku menceritakan semuanya. Setelah kuceritakan semuanya aku benar-benar meminta maaf padanya. Dari raut wajahnya kulihat Jongmi kecewa. Tentu saja ia kecewa, wanita mana yang tidak akan kecewa kalau mengetahui bahwa pria yang menikahinya ternyata mencintai wanita lain dan juga pria itu menikahinya untuk menyelamatkan perusahaannya sendiri, bukan atas dasar cinta. Aku benar-benar merasa menjadi pria yang sangat brengsek waktu itu.

Dan lagi-lagi Jongmi membuatku semakin menjadi pria tak tahu diri. Dia malah tersenyum dan mengatakan tidak apa-apa. Ia ternyata tidak mengatakannya pada siapapun tentang aku yang menikahinya karena perusahaan. Sebelumnya aku malah berpikir Jongmi akan langsung memintaku menceraikannya. Tapi tidak, ia malah memberikanku kesempatan untuk memperbaiki kehidupanku. Ia meminta kepada ayahnya agar aku dipercayakan mengurus salah satu cabang perusahaan milik ayah Jongmi. Dan akhirnya aku dipercayakan untuk mengurus perusahaan yang berada di Mokpo. Aku tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Aku berusaha keras sampai akhirnya cabang perusahaan di Mokpo berkembang pesat karena hasil kerja kerasku.

Sesudah 5 tahun aku menangani perusahaan di Mokpo, mertuaku, Park Youngmin jatuh sakit. Dan itu membuatku harus kembali ke Seoul menggantikan mertuaku mengurus perusahaan pusat di Seoul ini karena Jongmi adalah anak satu-satunya dari Park Youngmin dan aku adalah suami Jongmi, maka otomatis aku yang harus menangani perusahaan pusat.

Sungguh tidak kuduga, di hari pertama aku masuk ke perusahaan, ketika aku mengunjungi setiap bagian di perusahaan, aku melihatnya. Kim Hyeri. Wanita yang tak pernah lepas dari pikiranku. Ia berada disana, berdiri melihatku. Tentu saja aku terkejut melihatnya. Ingin rasanya aku langsung menghambur ke arahnya dan memeluknya erat-erat tanpa pernah kulepaskan lagi. Namun aku teringat keadaan saat itu, aku disini sebagai pimpinan perusahaan yang tengah melihat-lihat setiap bagian perusahaan ini. Dapat kulihat raut wajahnya juga menunjukkan kalau ia terkejut melihatku ada di hadapannya.

Setelah kunjungan ke setiap bagian perusahaan ini, aku memutuskan untuk beristirahat sejenak di dalam ruangan kerja baruku. Aku masih memikirkan hal tadi. Hyeri ada di perusahaan ini. Dia bekerja disini. Apa yang harus kulakukan?

Aku harus berbicara dengannya. Aku harus minta maaf padanya dan menjelaskan semuanya. Semua hal yang menjadi alasanku untuk meninggalkannya. Tidak, tapi ia pasti tidak akan memaafkanku. Namun ini adalah kesempatanku untuk menceritakan semuanya padanya. Aku harus berusaha dulu. Dan kusuruh sekretarisku untuk memanggilkan Hyeri. Tak lama Hyeri datang ke ruanganku. Begitu ia masuk ia melihat sekilas ke arahku dan kembali menunduk. Bahkan saat aku berbicara dengannya pun ia tetap menunduk. Apa saking kau membenciku bahkan untuk melihat wajahku pun kau tidak mau Hyeri ah? Begitu aku mulai membahas kejadian 5 tahun lalu, tanpa kusangka ia memotong pembicaraanku, ia berdiri, meminta maaf kepadaku dan pamit keluar ruanganku dengan segera. Aku berusaha mencegahnya, tapi ia berjalan dengan cepat. Hyeri ah, apa kau sangat begitu membenciku? Aku tahu aku salah dulu, meninggalkanmu begitu saja dan menghilang dari kehidupanmu. Tapi hyeri ah, apa kau tahu, meskipun aku pergi meninggalkanmu dan menghilang dari kehidupanmu, hati dan pikiranku terus memikirkanmu. Aku masih sangat mencintaimu Hyeri ah.

Hari ini berlalu begitu saja. Pikiranku di hari pertamaku memimpin perusahaan ini malah dipenuhi oleh satu nama. Kim Hyeri. Aku memutuskan untuk pulang saja. Dan saat aku menjalankan mobilku keluar dari pelataran gedung perusahaan, aku melihat orang yang kupikirkan seharian ini tengah duduk di halte menunggu bis yang akan ia tumpangi. Kuputuskan untuk menepikan mobilku. Menunggunya menaiki bis. Dan tak lama kulihat ia memasuki salah satu bis yang singgah disana. Begitu bis yang ia naiki mulai melaju, aku mengikuti kemana arah bis itu. Aku terus mengikuti sampai Hyeri turun di salah satu halte lain dan ia berjalan  menuju sebuah apartemen tak jauh dari halte tempat ia turun tadi. Jadi ia tinggal di salah satu apartemen disini? Kucatat dengan jelas dalam ingatanku, dan aku memutar arah mobilku kembali, menuju rumah tempat tinggalku.

*J&H*

Hyeri POV

Apa yang harus aku lakukan kalau aku bertemu lagi dengannya? Itu yang kupikirkan pagi ini. Ntahlah, rasanya sulit untuk kupercaya kalau kemarin aku bertemu lagi dengan Jongwoon oppa. Ketika tekadku sudah bulat untuk mulai berusaha melupakannya, takdir malah membawaku untuk bertemu dengannya lagi. Dan kenapa di saat aku bisa kembali bertemu dengannya, ternyata ia sudah menjadi milik orang lain? Masih kuingat dengan jelas pembicaraan rekan kerjaku yang mengatakan kalau Kim Jongwoon sudah beristri. Dan itu membuatku yang masih memikirkan dirinya kembali merasa terluka.

Kulihat lagi pantulan diriku di cermin. Yah, kurasa sudah cukup rapi. Mau tidak mau, meskipun aku enggan masuk kerja hari ini, aku harus tetap masuk. Ketika kubuka pintu apartemenku, betapa terkejutnya aku mendapati seseorang tengah berdiri di depan pintu apartemenku. Sepertinya ia hendak memencet bel pintu apartemenku ketika aku membuka pintu.

“Jongwoon oppa..” panggilku dengan suara yang lirih. Kulihat ia juga terkejut saat aku membuka pintu, dan wajahnya semakin terlihat kaget ketika aku menyebutkan namanya dan masih memakai sebutan oppa. Dengan segera aku mengendalikan diriku lagi.

“Kim Sajangnim, bagaimana anda bisa mengetahui tempat tinggal saya?” kembali aku menundukkan wajahku ketika aku berbicara dengannya.

“Hyeri ah, kumohon.. dengarkan penjelasanku. Aku akan menceritakan semuanya yang terjadi 5 tahun lalu. Jebal..” ia berbicara dengan nada memohon pada setiap kata-katanya.

“maaf sajangnim, saya harus segera berangkat bekerja, kalau tidak saya akan terlambat datang ke kantor.” aku mengunci pintu apartemenku terlebih dahulu dan ketika aku akan pergi dari hadapannya ia menahan kedua bahuku.

“kumohon Hyeri ah.. berikan aku waktu untuk menjelaskan semuanya. Aku minta maaf atas apa yang terjadi 5 tahun lalu.” Ia masih tetap bersikukuh, menahanku.

“Kim sajangnim, saya akan terlambat kalau anda terus menahan saya disini. Apa anda ingin membuat karyawan anda sendiri telat datang bekerja?” ucapku yang nyaris tanpa ekspresi.

“tapi,” ia terlihat bingung untuk menjawab perkataanku.

“sebaiknya anda juga segera berangkat ke kantor sajangnim. Maafkan saya.” Aku melepaskan cengkramannya pada kedua bahuku dan hendak pergi meninggalkannya, namun, ia kembali menahan lenganku dengan memegang pergelangan tangan kiriku setelah aku baru berjalan beberapa langkah darinya.

“ayo kita berangkat bersama.” Aku terdiam mendengar ajakannya tersebut. Kemudian aku berbalik menghadapnya.

“sajangnim, anda adalah atasan saya. Dan saya hanya karyawan kecil di perusahaan yang anda pegang. Jadi tidak sepantasnya jika saya pergi bersama dengan anda. Apa kata karyawan anda yang lain bila melihat anda datang ke kantor dengan saya yang hanya karyawan biasa? Dan anda juga sudah beristri. Anda juga harus memikirkan posisi saya sebagai karyawan di perusahaan anda. Tidakkah orang-orang akan curiga bila melihat saya datang ke kantor bersama dengan sajangnim? ” kataku panjang lebar.

“aku bisa mengatakan kalau aku tidak sengaja bertemu denganmu di jalan dan mengajakmu pergi bersama ke kantor.”

“maaf sajangnim, saya tidak bisa. Dan tanpa mengurangi kesopanan saya, bisakah anda melepaskan tangan saya?” aku melirik tanganku yang masih digenggamnya dengan erat. Dan dia pun melepaskannya.

“baiklah. Hati-hati di jalan Hyeri ah.” Tanpa banyak kata lagi, aku bergegas pergi dari hadapannya.

Kenapa dia membuat semuanya menjadi semakin sulit? Untuk apa dia harus menjelaskan semuanya lagi padaku? semuanya sudah berlalu. Sudah 5 tahun, dan itu bukan waktu yang sebentar yang membuatku sudah tidak ingin mendengarkan alasan apapun lagi.

*J&H*
Jongwoon POV

Baiklah, aku gagal bicara dengannya tadi pagi, namun aku tidak akan menyerah. Aku harus berhasil menceritakan semua yang terjadi padanya. Dia ada dihadapanku, dan aku tidak boleh membiarkan kesempatan ini pergi begitu saja. Aku harus meraihnya kembali. Aku harus mendapatkannya kembali.

Saat makan siang, aku sengaja pergi ke kantin kantor, aku melihat-lihat siapa tahu ada Hyeri disana. Dan beruntungnya aku, kulihat ia baru saja akan duduk di sebuah meja. Aku menghampiri kasir dan memesankan ia makanan yang aku tahu dulu ia sangat menyukainya dan menyuruh petugas kantin mengantarkannya padanya. Petugas kantin disana terlihat heran aku yang notabene adalah direktur utama, lebih tepatnya yang menggantikan direktur utama disana malah pergi ke kantin untuk para karyawan disana. Namun, aku hanya tersenyum menanggapi tatapan heran mereka.

Ketika pelayan kantin disana mengantarkan makanan untuk Hyeri, kuperhatikan dari kejauhan. Kulihat Hyeri menampakkan ekspresi keheranannya. Ia terlibat sebuah pembicaraan dengan pelayannya, dan kulihat pelayan itu menunjuk ke arahku diikuti dengan tatapan Hyeri. Ah, sial, aku lupa untuk mengatakan jangan bilang kalau makanan itu dariku. Tak dapat menghindat lagi, aku hanya tersenyum kea rah Hyeri yang masih melihatku dengan tatapan yang menurutku sulit untuk diartikan. Beberapa saat kemudian aku melihat ia berdiri dari kursinya, dan tanpa menyentuh makanannya sama sekali, ia pergi begitu saja.

Aku bingung harus bagaimana, aku ingin menyusulnya, tapi tidak mungkin kulakukan. Kantin ini begitu ramai di jam makan siang ini, kalau semua orang melihat aku mengejar-ngejar Hyeri, Hyeri bisa diperbincangkan orang-orang sekantor. Aku tidak ingin membuatnya kesusahan. Dan akhirnya aku membiarkannya saja pergi.

*J&H*

Akhir-akhir ini aku menjadi lebih sering melamun. Apalagi kalau bukan memikirkan dia. Kim Hyeri. Aku memikirkan berbagai macam cara untuk bisa berbicara leluasa dengannya. Tapi jangankan untuk berbicara, untuk bertemu dengannya pun terasa sangat sulit. Aku tidak bisa begitu saja memanggilnya ke ruanganku di kantor. Di luar kantor, tentu saja ia selalu berhasil menghindariku. Aku berusaha untuk bisa mengantarnya pulang, namun ia selalu menolaknya dengan berbagai cara dan alasan. Kudatangi ia ke rumahnya, ia tidak pernah membukakan pintu untukku. Dan yang ada aku hanya bisa memperhatikannya dari jauh.

*J&H*
Kediaman keluarga Kim Jongwoon.

Saat ini aku tengah berada di ruang tengah, menikmati sore hari di hari sabtu sambil menonton televisi. Sudah lama sekali aku tidak bisa bersantai menonton TV selain siaran berita ekonomi karena berbagai kesibukanku.

Seseorang menepuk tanganku. Kulihat ke samping kananku, Jongmi duduk disana.

“kamu sedang memikirkan apa? Kulihat akhir-akhir ini kamu sering melamun. Apa sedang ada masalah di perusahaan?” tanyanya perhatian.

Aku tersenyum pada Jongmi. Tidak mungkin aku mengatakan padanya kalau yang selama ini ada dalam pikiranku adalah Hyeri. “gwaenchana. Tidak ada masalah apa-apa koq. Kamu tenang saja.”

“jinjjayo?” tanyanya memastikan dengan tatapan menyelidik.

“eo,”

“hm, baiklah kalau kau tidak mau cerita padaku.” Aku diam saja menanggapi perkataannya barusan. “jujur, kau sedikit berubah akhir-akhir ini. Tidak seperti kau yang biasanya.”

Aku beranjak berdiri, “tidak ada yang berubah padaku Jongmi ah. Yah, mungkin karena aku masih baru dan sekarang aku harus menggantikan Youngmin aboji, jadi aku masih belum terbiasa dengan pekerjaanku sekarang. Itu saja. Percaya padaku.” Aku berusaha meyakinkan Jongmi. Kulihat ia masih menatapku tidak percaya. Mungkin karena dulu aku pernah membohonginya soal pernikahan, dia menjadi kurang percaya padaku. Jadi, ketika ada yang tidak biasa padaku, ia bisa merasakan seperti yang terjadi dulu mungkin?

*J&H*
Esoknya, hari minggu pagi aku sudah rapi mengenakan kaus dan celana jeans. Pagi-pagi aku sudah bersiap-siap untuk pergi. Ketika Jongmi bertanya padaku, aku mengatakan ada yang beberapa file yang harus kubawa dari kantor. Ia sepertinya mempercayainya.

Aku melajukan mobilku menuju ke arah yang sudah sangat kuhapal sekarang. Apartemen Hyeri. Mianhae Jongmi ah, aku harus berbohong padamu.

Aku kini sudah hapal kebiasaan Hyeri. Hari minggu pagi, ia selalu keluar apartemennya dan berjalan menuju sebuah minimarket dan berbelanja disana. Aku akan menunggunya sampai ia kembali dari minimarket dan memintanya untuk mendengarkan penjelasanku.

Aku menunggu di balik tembok dekat pintu apartemen Hyeri, ketika kudengar langkah-langkah kecil mendekat, kuintip sebentar, dan ternyata memang benar, Hyeri sudah pulang. Ketika Hyeri sedang membuka pintu apartemennya, dengan cepat aku berjalan menghampirinya dan mendorongnya sampai masuk ke dalam apartemen dan kututup pintunya. Matanya membesar, terkejut dengan kedatanganku.

“Apa yang kau lakukan disi..” belum selesai ia berbicara, aku langsung membungkam bibir mungilnya itu dengan bibirku.

Hyeri POV

Ketika aku sedang membuka kunci pintu apartemenku, tiba-tiba seseorang mendorongku masuk ke dalam. Aku benar-benar terkejut melihat orang yang mendorongku masuk adalah Jongwoon oppa.

“Apa yang kau lakukan disi..” belum seselai aku berbicara, tiba-tiba dia menciumku. Aku membelalakan mataku, makin terkejut atas apa yang dia lakukan padaku. Kantong belanjaku jatuh begitu saja dari genggamanku. Dengan sekuat tenaga kudorong dia, melepaskan ciumannya, dan kutampar pipinya. Kami sama-sama terdiam. Ia terlihat tidak percaya atas apa yang sudah kulakukan kepadanya.

“kau pikir aku wanita macam apa? Dengan seenaknya kau datang dan langsung menciumku?” tanyaku dengan nada yang sedikit tinggi. Aku terbawa emosi. Kenapa dia tiba-tiba datang dan berlaku seperti itu padaku? Apa dia tidak memikirkan bagaimana perasaanku? Aku tahu. aku masih mencintainya sampai sekarang. Sangat mencintainya. Tapi tidak begini caranya.

“aku hanya ingin kau mendengarkan penjelasanku Hyeri ah. Aku sudah kehabisan akal bagaimana caranya supaya kau mau bicara padaku. Kumohon, aku ingin memperbaiki semuanya. Apa sudah tidak ada kesempatan lagi bagiku bahkan untuk menceritakan sejujurnya tentang semuanya padamu?” dapat kulihat dari matanya bahwa ia memang berkata hal yang sesungguhnya. Aku tahu, selama ini dia selalu berusaha untuk bisa berbicara denganku. Tapi, ntahlah. Rasanya aku tidak mau diseret lagi ke masa 5 tahun lalu saat ia tiba-tiba memutuskan untuk meninggalkanku. Mengingatnya saja bagiku terasa sangat menyakitkan. Tapi, melihatnya sampai seperti ini, aku jelas tidak tega. Tentu saja bagaimana aku bisa tega membiarkan orang yang kucintai kesusahan karenaku. Setelah berpikir sedikit lama, aku memutuskan untuk mengabulkan permintaannya itu.

“baiklah. Aku akan mendengarkan semua penjelasan dan ceritamu.” Aku mengambil kantung belanjaanku yang tadi terjatuh dan akan menyimpannya ke dapur.

“gomawo Hyeri ah,” kulihat ia seperti bernafas lega dan ia tersenyum padaku. Senyuman yang selalu aku rindukan.

“mau minum apa?”

“hm, apa saja Hyeri ah,”

“baiklah. Duduk dulu,” Aku pergi ke dapur. Diam sebentar sambil menyentuh bibirku sendiri. Walau bagaimanapun aku menghindarinya, hatiku tidak bisa berbohong. Aku senang ketika tadi ia mencium bibirku. Rasanya rinduku padanya setelah sekian lama sedikit terobati. Sekaligus aku juga merasa sakit kembali, mengingat ia sudah bukan lagi milikku.

Aku membuatkan kopi untuknya. Dulu ia selalu suka jika aku membuatkan kopi untuknya. Kulihat ia tengah duduk di sofa. Ketika aku datang ia kembali tersenyum, dan senyumnya semakin lebar ketika ia melihat minuman apa yang kubawa.

“kau masih ingat rupanya kalau aku selalu suka kopi buatanmu,” aku meletakkan cangkir kopi itu di meja di hadapannya dan aku sendiri duduk di sofa yang berlainan dengannya.

“jadi apa yang ingin kau ceritakan padaku?”

Ia terelebih dahulu mengambil cangkir kopinya dan meminumnya sedikit. “mianhae Hyeri ah. Aku benar-benar minta maaf padamu atas perlakuanku 5 tahun lalu yang pergi begitu saja meninggalkanmu.”

Dia diam sebentar. Aku juga diam menunggu dia melanjutkan pembicaraannya.

“sebenarnya aku tidak tega untuk meninggalkanmu. Tapi aku terpaksa melakukan itu semua. Aku tahu aku salah. Aku bukan pria baik-baik. Aku hanyalah seorang pria pengecut yang tidak berani memperjuangkan cintanya.”

Aku diam. Masih menunggu kelanjutan ceritanya. “aku lebih memilih mengorbankanmu dan membuatmu terluka. Waktu itu aku benar-benar berada dalam pilihan yang sulit. Apa aku harus meninggalkanmu dan menikah dengan putrid dari rekan bisnis ayahku atau aku harus memilihmu, wanita yang benar-benar aku cintai.”

“jadi kau meninggalkanku dulu karena kau harus menikah dengan putri dari rekan bisnis ayahmu untuk menyelamatkan perusahaan ayahmu begitu?” tanyaku memastikan.

“eo, sebenarnya..” dan dia menceritakan seluruh permasalahannya dulu, bagaimana dia harus menghadapi pilihan yang berat, antara harus memilihku dan membiarkan perusahaan ayahnya bangkrut atau ia meninggalkanku dan menikah dengan putrid rekan bisnisnya dan menyelamatkan perusahaan ayahnya. Aku tidak tahu ternyata Jongwoon oppa mengalami permasalahan seperti itu.

Dan yang lebih mengejutkanku lagi, ia berkata padaku, “kau harus tahu Hyeri ah, ntah kenapa selama 5 tahun ini aku tidak bisa berhenti memikirkanmu. Aku tahu setelah apa yang aku lakukan padamu, kau pasti amat sangat membenciku. Apalagi ketika kita bertemu kembali, kau mengetahui kalau aku sudah menikah. Tapi ada satu hal yang harus kau ketahui Hyeri ah. Selama 5 tahun ini aku tidak pernah berhenti mencintaimu. Setiap aku memikirkanmu aku selalu merasa bersalah padamu. Jadi kumohon Hyeri ah, maafkan aku.” Dia mengakhiri perkataannya dengan tatapan memohon padaku.

Aku benar-benar tidak menyangka sama sekali kalau ternyata ia masih merasakan hal yang sama dengan yang kurasakan. Aku masih saja terdiam, tapi kali ini aku diam karena pikiranku sibuk mencerna semua yang baru saja ia katakan.

“kalau kau ingin tahu, aku menderita tanpamu Hyeri ah. Aku merindukan semuanya tentangmu. Aku ingin kau ada disisiku. Bahkan, saat aku menikah, aku malah berandai-andai kalau saja wanita yang berada di sampingku adalah dirimu. Aku sangat ingin bertemu lagi denganmu. Aku pernah berubah pikiran, aku ingin menemuimu, karena aku sudah tidak tahan ingin melihatmu. Tapi keadaan tidak mengizinkanku untuk bisa mencarimu. Dan kini, di saat kau berada dihadapanku kembali, aku tidak ingin melepaskan kesempatan ini. Aku ingin kembali bersama denganmu lagi Hyeri ah. Namun, aku tahu, permintaanku ini sangatlah tidak mungkin terjadi. Kau pasti sangat membenciku.”

Dan ntah apa yang ada di dalam pikiranku, tanpa berkata apa-apa lagi aku menghambur memeluknya. Aku sudah tidak bisa lagi menahan-nahan perasaanku. Air mataku mengalir begitu saja tanpa bisa kubendung lagi. Namun kali ini bukan air mata kesedihan, melainkan air mata terharu, bahagia, rindu.

“aku juga. Aku masih sangat mencintaimu Jongwoon oppa. Jeongmal saranghaeyo.” Kurasakan tubuhnya kaku saat tiba-tiba aku memeluknya.

“benarkah?” ia melepaskan dulu pelukanku dan wajah kami berhadapan. Ia menatap mataku lekat-lekat. “benarkah kau masih mencintaiku? Kau tidak membenciku Hyeri ah?”

“aniyo, aku menderita sama sepertimu oppa. Tapi aku tidak bisa membencimu, aku masih tetap mencintaimu.” Kali ini ia yang memelukku. Aku membalas memeluknya juga. Meluapkan seluruh rasa rindu selama 5 tahun ini. Ia memelukku dengan erat seolah tidak ingin melepaskanku.

Setelah beberapa menit terus saling berpelukan dan ia mengusap-ngusap kepalaku, ia melepaskan pelukannya tapi masih mengusap-ngusap kepalaku. Tanpa kusadari jarak di antara kami semakin dekat. Dapat kurasakan hembusan nafasnya di wajahku. Hidung kami malah sudah bersentuhan, dan beberapa saat kemudian, kurasakan bibirnya menyentuh bibirku. Kupejamkan mataku, menerima ciumannya yang lembut dan hangat itu. Ciuman penuh kasih sayang dan rasa cinta yang dalam.

TBC

hahah.. makin terasa gombal aja ini ff.. btw, leave your comment please.. ^^

Sabtu, 09 Juni 2012

[SongFic] Just Think About You - On My Mind


 
Title                             :  Just Think About You - On My Mind
Author                        :  RitsuKim
Genre                          :  angst
Length                        :  chapter
Main cast                    :  Kim Jongwoon, Kim Hyeri
Song title and credit   :  Britney Spears – Out From Under

Download Songs        :  here (but you must sign up or log in first, ^^)
Complete Lyrics         :  here

Breath you out
Breath you in
You keep coming back to tell me
You’re the one who could have been

“kau janji?” dia menatapku dengan lekat.

“ne, kau tidak percaya padaku?”

“ani, tentu saja aku percaya padamu,” ia terlihat berpuas diri. “ingat ya, hatimu hanya milikku, tidak boleh ada namja lain yang memilikinya.”

“kau sudah mengatakan itu ratusan bahkan ribuan kali Kim Jongwoon ssi.” Ucapku dengan penekanan di setiap katanya.

“janji jari kelingking?” dia menyodorkan jari kelingkingnya padaku.

Aku berdecak menanggapi tingkahnya itu, asal kalian tahu, hampir setiap kali kami bertemu, dia selalu membicarakan hal ini. Mau tidak mau, aku mengaitkan jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya. Dia tersenyum sumringah dan berlanjut dengan tangannya menggenggam tanganku erat.

“ah.. jeongmal, aku sangat bahagia. Hatimu hanya milikku.” Dia memejamkan matanya dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

“lalu bagaimana dengan hatimu? Hatimu juga harus hanya untukku.” Ucapku dengan nada protes, namun aku malah ikut tersenyum melihat wajah bahagianya itu.

“hatiku?” ia malah balik bertanya. Ia membuka matanya lagi dan menolehkan wajahnya padaku. Dengan secepat kilat aku merubah ekspresi wajahku menjadi cemberut-cemberut manja.

“iya, hatimu.”

Dengan senyum yang semakin membuat matanya tak terlihat, ia malah menjawab, “tentu saja hatiku ini milikku.”

“aa~ kau curang.” Aku semakin memajukan bibirku cemberut. Tapi dia malah mengacak rambutku dengan gemas dan tertawanya semakin kencang saja.


And my eyes see it all so clear
It was long ago and far away but it never disappears
I try to put it in the past
Hold on to myself and don’t look back

Sudah 5 tahun semenjak kejadian itu berlangsung. Namun semuanya masih sangat jelas dalam ingatanku. Seolah kejadian itu baru terjadi kemarin. Kau yang tertawa lepas di hadapanku karena puas telah berhasil mengerjaiku.

Tanganmu yang dengan lembut menyentuh kepalaku, dan bahkan dengan seenaknya mengacak-ngacak rambutku. Padahal aku sudah susah payah menata rambutku sebagus mungkin untuknya. Agar aku terlihat cantik di hadapannya.

Genggaman tangannya yang kokoh dan hangat. Rasanya seolah ia melindungiku seutuhnya walaupun itu hanyalah sebuah genggaman tangan. Aku selalu bahagia saat aku bersama dengannya. Menikmati setiap detik waktuku denganya.

Namun, kuingat-ingat lagi, itu terjadi beberapa tahun silam. Itu semua hanya sebuah masa lalu yang cukup membuat hatiku terluka. Tidak, bahkan aku tidak merasakan sakitnya karena hatiku masih ada padanya. Dia telah membawanya dan tidak mengembalikannya lagi. Namun ini terasa lebih menyakitkan. Hatiku kosong, terasa sangat perih ketika kau membawanya secara paksa.

Aku mencoba bangkit, semua hanya masa lalu. Yang perlu kulakukan hanya menguburnya rapat-rapat dan tak perlu mengungkit-ngungkitnya lagi. Tak perlu untukku menengok lagi masa lalu yang hanya akan membuatku sakit.


I don’t wanna dream about
All the things that never were
Maybe I can live without
When I’m out from under

I don’t wanna feel the pain
What good would it do me now
I’ll get it all figured out
When I’m out from under

Akan kusingkirkan semua kenangan-kenangan yang ada di benakku tentangmu. Akan kubuang semua hal yang ada sangkut pautnya denganmu. Aku tidak ingin memikirkan lagi semua hal tentangmu. Semua hal yang tidak akan pernah terjadi lagi diantara kita. Aku pasti bisa menjalani hidupku tanpamu. Semua orang pasti bisa bangkit dari keterpurukannya kan? Asalkan kita memiliki keinginan yang kuat untuk bangkit. Ya. aku pasti bisa lepas dari baying-bayangmu. 

Mungkin.

Kulangkahkan kakiku menuju sudut ruangan kamarku. Yang selama ini menajdi tempatku menumpahkan segala hal yang kurasa tanpa perlu takut orang lain akan tahu apa yang kurasakan. Kulihat disana wajah seseorang tengah menatapku. Ah, tidak, dia menatap kamera waktu itu. Foto pertama sekaligus terakhir yang aku ambil dari dirinya. Lembaran kenangan satu-satunya yang berhasil kudapat darinya. Wajah itu tersenyum penuh kebahagiaan. Seolah tidak ada beban di pikirannya.

Lembaran kertas itu membuat rasa itu datang kembali, rasa sakit yang hampa dan kosong. Rasa sesak saat melihat gambaran wajahnya dan senyumannya. Aku tidak ingin merasakan lagi rasa seperti ini.  Aku akan mengakhiri rasa sakit ini. Aku tidak ingin selamanya seperti ini. Tenggelam dalam bayang-bayang masa laluku bersamamu yang tidak akan pernah kembali. Semuanya akan berjalan dengan lancar setelah aku menghapus semua hal tentangmu dari hadapanku. Setdaknya itulah yang aku harapkan.


So let me go
Just let me fly away
Let me feel the space between us growing deeper
And much darker every day

Pagi ini aku kembali melakukan aktivitasku seperti biasanya. Hanya ada sedikit perbedaan, aku yang sekarang berbeda dengan aku yang kemarin. Aku yang sekarang adalah aku yang akan bangkit keluar, lepas dari bayang-bayang masa lalu. Tidak akan ada lagi Kim Hyeri yang pemurung dan sering melamun. Aku beruntung aku tidak dipecat dari pekerjaanku yang dulu. Jujur kurasakan prestasi kerjaku menurun selama beberapa tahun ini. Ya. semua ini karenanya. Karena dia yang telah membawa pergi hatiku.

Aku memasang ekspresi sebaik mungkin di wajahku. Begitu aku memasuki kantorku, aku menyapa beberapa orang rekan kerjaku. Mereka melihatku dengan tatapan heran. Heran mungkin karena aku yang biasa datang ke kantor dengan wajah kusut dan enggan untuk diganggu sekarang malah menyapa mereka.

Sampai di meja kerjaku, aku duduk disana dan memeriksa beberapa file yang masih harus kukerjakan. Aku membuka laci meja kerjaku. Dan aku terpaku melihat apa yang ada disana. Kukeluarkan benda itu. Kotak beludru berwarna merah itu telah sukses menyeretku kembali ke ingatan masa laluku bersamamu. Kukuatkan hatiku untuk membuka kotak tersebut. Didalamnya masih tersimpan rapi, cincin yang terbuat dari emas putih yang dihiasi oleh permata kecil. Dan masih dapat kulihat jelas ukiran itu. J&H.


“kudengar pimpinan kita yang baru sekarang masih sangat muda.”

“ya.. dan juga tampan.” Kudengar rekan kerjaku yang duduk di sebelah mejaku berbicara. Menghentikan bayangan masa lalu yang sudah hampir berjalan datang kembali menghampiriku. Kusimpan lagi cincin itu di dalam kotaknya.

“siapa itu namanya?”

“kau ini bagaimana sih, masa kau tidak tahu nama calon pimpinan kita yang baru. Namanya Kim Jongwoon.”

DEG! Tidak. Nama jongwoon sangat banyak di Seoul ini. Tidak mungkin itu dia. Kudengarkan lagi dengan seksama pembicaraan rekan kerjaku itu.

“kudengar dia diberi kepercayaan untuk mengelola perusahaan ini sekarang. Dan katanya dia itu dikenal sangat dingin terhadap semua bawahannya. Tapi prestasinya tidak dapat diragukan lagi. Pada awalnya kudengar dia ditempatkan oleh Youngmin sajangnim di cabang yang berada di Mokpo.”

“ah, Mokpo itu kan cabang perusahaan yang perkembangannya paling terlambat di banding cabang yang lain.”

“ya, tapi kau dengar sendiri sekarang justru cabang di Mokpo yang perkembangannya paling pesat. Itu semua karena Kim Jongwoon sajangnim yang turun tangan mengatur perusahaan disana.”

“aigoo.. sudah tampan, pintar, yah.. tapi sayangnya dia sudah beristri.” Aku semakin penasaran dengan siapa sebenarnya atasanku sekarang yang katanya baru itu.

“maaf, apa perusahaan kita sekarang memiliki atasan baru?”

Kedua rekan kerjaku itu menoleh padaku dengan tatapan kaget. Mungkin tidak menyangka aku akan berbicara pada mereka.

Salah seorang dari mereka menjawab pertanyaanku. “ya, iya Hyeri ah, kita punya atasan baru. Namanya Kim Jongwoon. Dia menantu dari Youngmin sajangnim.”

Tepat saat itu, Park Jungsoo, kepala bagian yang memimpin bagian tempatku bekerja datang. Dia menyuruh kami untuk segera beres-beres dan bersiap-siap menyambut atasan mereka yang baru yang katanya bernama Kim Jongwoon.

Dengan terburu aku kembali menyimpan kotak beludru yang sedari tadi masih ada di dalam genggaman tanganku. Semua karyawan di perintahkan berdiri dan memberi salam kepada atasan kami itu. Kami semua membungkukan badan kami. Sampai saat kami boleh berdiri tegak lagi, pandangan mata kami bertemu. Terlihat ada sedikit raut terkejut di wajahnya. Namun ia dengan cepat dapat mengendalikan dirinya lagi. Ia mengalihkan pandangan matanya dariku. Seolah tidak terjadi apa-apa. Dan memang tidak terjadi apa-apa, setidaknya di ruangan ini. Namun tidak di dalam diriku. Dia, Kim Jongwoon, yang selama 5 tahun ini selalu memenuhi pikiranku, berada di hadapanku, menjadi atasan kerjaku.


Watch me now and I’ll be someone new
My heart will be unbroken
It will open up for everyone but you
Even when I cross the line
It’s like a lie I’ve told a thousand times

Tidak, tidak bisa. Aku tidak boleh menyerah. Aku harus tetap memegang tekadku untuk melupakannya, untuk membuang jauh semua hal tentangnya. Tapi, kini dia ada di dekatku. Bahkan kini dia ada di hadapanku.

“duduklah.” Ya. nttah untuk alasan apa, atasanku, pimpinan perusahaan ini, Kim Jongwoon memanggilku ke ruangannya. Aku menuruti perintahnya untuk duduk di kursi di hadapan meja kerjanya. Aku diam, dia juga diam. Aku hanya bisa menunduk, tidak berani melihat wajahnya. Aku takut tidak bisa menahan perasaanku. Jujur, aku masih sangat menyayanginya. Jujur, aku sangat merindukannya. Tapi, apa dia merasakan hal yang sama padaku? aku yakin tidak.

Kudengar ia menghembuskan nafasnya sebelum berkata, “sudah sangat lama semenjak terakhir kita bertemu. Bagaimana kabarmu sekarang Hyeri ah?”

Jangan. Kumohon jangan membuatku goyah. Kudengar nadanya saat menyebut namaku masih sama seperti dulu. Salah satu hal yang mungkin sangat kecil namun sangat berarti untukku. Ingat Hyeri ah, semuanya sudah berubah. Sudah 5 tahun semenjak ia memutuskan untuk pergi meninggalkanmu.

“saya.. baik Kim sajangnim.” Aku sedikit menganggukkan kepalaku. Masih tidak berani melihat sosoknya. Bohong. Aku berbohong berkata seperti tadi. Aku tidak pernah baik-baik saja semenjak kau pergi.

“aku tidak menyangka dapat bertemu denganmu lagi disini.” Aku diam, tidak menanggapi perkataannya.

“dengar, Hyeri ah, aku tau ini sudah sangat lama tapi aku mau minta maaf padamu soal 5 tahun lalu. Aku tidak bermaksud untuk..”

“maaf sajangnim, apabila tidak ada lagi yang akan dibicarakan, saya harus kembali ke pekerjaan saya.” Aku segera berdiri dan menganggukan kepalaku sekilas padanya, pamit dan segera berlalu dari hadapannya.

“Hyeri ah, tunggu sebentar.” Ia berusaha mencegahku pergi, namun aku dengan cepat keluar dari ruangannya. Aku berjalan cepat menuju kamar kecil. Masuk ke salah satu biliknya. Aku sudah tidak dapat menahannya lagi. Air mataku yang dengan sekuat tenaga kutahan sedari tadi akhirnya tumpah juga mengalir di kedua pipiku.

Kenapa ini semua terasa sulit? Kenapa aku tidak bisa lepas dari semua hal tentangmu? Di saat aku sudah bertekad akan melenyapkanmu dari ingatanku, kau malah muncul kembali di hadapanku, tidak membiarkanku walau hanya beberapa saat untuk bebas darimu.

Semuanya hanya bisa menjadi seperti sebuah kebohongan untukku. Bohong aku baik-baik saja tanpa dirimu.


And part of me still believes
When you say you’re gonna stick around
And part of me still believes
We can find a way to work it out
But I know that we tried everything we could try
So let’s just say good bye
Forever

- 5 years ago-

“maafkan aku Hyeri ah, aku tidak bisa bersamamu lagi.” Ia menundukkan kepalanya, tidak melihat padaku.

“apa?” aku yang sedang meminum cola yang baru saja kubuka terkejut mendengar perkataannya.

“kita berpisah Hyeri ah.” Kali ini ia menatap wajahku. Dari matanya dapat kubaca ia seperti tidak tega mengucapkan hal itu padaku.

“tapi kenapa oppa? Apa salahku? Maafkan aku kalau aku mempunyai salah padamu.” Suaraku mulai terdengar sengau.

“aniya, kau tidak salah apa-apa. Aku yang salah. Aku bukan pria baik-baik. Jadi kumohon lupakan saja aku. Anggap saja aku tidak pernah hadir di dalam kehidupanmu.”

“oppa.. katakan padaku ada apa? Kalau kau punya masalah, ceritakanlah padaku, siapa tahu aku bisa membantumu memecahkan masalahmu.” Air mataku mulai menganak sungai di kedua pipiku.

“jebal, jangan menangis Hyeri ah. Kau tidak pantas menangisi pria sepertiku. Kau adalah gadis baik yang terlalu baik untukku.” Ia terdiam sesaat, “aku hanya pria pengecut yang hanya bisa membuat seorang gadis baik sepertimu menangis.”

“tapi kenapa oppa? Jebal.. jangan meninggalkanku.. aku tidak bisa tanpamu oppa.. “ ucapku sambil terisak.

“mianhae Hyeri ah,” ia memelukku dengan erat cukup lama, “saranghae,” ia kemudian mencium keningku agak lama dan tanpa berkata apa-apa lagi, kau pergi meninggalkanku.

“andwae oppa… jebal.. jangan pergi..” aku menangis sejadi-jadinya, tak peduli dengan keadaan sekitarku.

Jongwoon POV

“mianhae Hyeri ah,” aku memeluknya dengan erat. Sungguh, aku sangat menyayangi yeoja yang berada di pelukanku ini. Aku tidak tega membuatnya menangis seperti ini. Aku juga tidak mau berpisah dengannya. Tapi aku bukan namja baik.

“saranghae,” kukatakan bahwa sebenarnya aku sangat mencintainya. Tapi aku tidak bisa terus bersamanya. Dia gadis baik, sedangkan aku hanyalah pria yang hanya bisa menjual dirinya demi menyelamatkan perusahaan ayahnya dari kebangkrutan dengan cara menikahi putri pemilik perusahaan lain yang lebih makmur agar perusahaan ayahku dapat terbebas dari jurang kehancuran.

TBC

oke. ini fic total dari kegalauan saya dengerin tu lagu out from under. jadi maaf kalo kacau. kacau-kacau tapi malah jadi dibikin chapter aja. hhe.. so please read and give your comment. ^^
*bow