Sabtu, 09 Juni 2012

[SongFic] Just Think About You - On My Mind


 
Title                             :  Just Think About You - On My Mind
Author                        :  RitsuKim
Genre                          :  angst
Length                        :  chapter
Main cast                    :  Kim Jongwoon, Kim Hyeri
Song title and credit   :  Britney Spears – Out From Under

Download Songs        :  here (but you must sign up or log in first, ^^)
Complete Lyrics         :  here

Breath you out
Breath you in
You keep coming back to tell me
You’re the one who could have been

“kau janji?” dia menatapku dengan lekat.

“ne, kau tidak percaya padaku?”

“ani, tentu saja aku percaya padamu,” ia terlihat berpuas diri. “ingat ya, hatimu hanya milikku, tidak boleh ada namja lain yang memilikinya.”

“kau sudah mengatakan itu ratusan bahkan ribuan kali Kim Jongwoon ssi.” Ucapku dengan penekanan di setiap katanya.

“janji jari kelingking?” dia menyodorkan jari kelingkingnya padaku.

Aku berdecak menanggapi tingkahnya itu, asal kalian tahu, hampir setiap kali kami bertemu, dia selalu membicarakan hal ini. Mau tidak mau, aku mengaitkan jari kelingkingku dengan jari kelingkingnya. Dia tersenyum sumringah dan berlanjut dengan tangannya menggenggam tanganku erat.

“ah.. jeongmal, aku sangat bahagia. Hatimu hanya milikku.” Dia memejamkan matanya dengan senyum yang menghiasi wajahnya.

“lalu bagaimana dengan hatimu? Hatimu juga harus hanya untukku.” Ucapku dengan nada protes, namun aku malah ikut tersenyum melihat wajah bahagianya itu.

“hatiku?” ia malah balik bertanya. Ia membuka matanya lagi dan menolehkan wajahnya padaku. Dengan secepat kilat aku merubah ekspresi wajahku menjadi cemberut-cemberut manja.

“iya, hatimu.”

Dengan senyum yang semakin membuat matanya tak terlihat, ia malah menjawab, “tentu saja hatiku ini milikku.”

“aa~ kau curang.” Aku semakin memajukan bibirku cemberut. Tapi dia malah mengacak rambutku dengan gemas dan tertawanya semakin kencang saja.


And my eyes see it all so clear
It was long ago and far away but it never disappears
I try to put it in the past
Hold on to myself and don’t look back

Sudah 5 tahun semenjak kejadian itu berlangsung. Namun semuanya masih sangat jelas dalam ingatanku. Seolah kejadian itu baru terjadi kemarin. Kau yang tertawa lepas di hadapanku karena puas telah berhasil mengerjaiku.

Tanganmu yang dengan lembut menyentuh kepalaku, dan bahkan dengan seenaknya mengacak-ngacak rambutku. Padahal aku sudah susah payah menata rambutku sebagus mungkin untuknya. Agar aku terlihat cantik di hadapannya.

Genggaman tangannya yang kokoh dan hangat. Rasanya seolah ia melindungiku seutuhnya walaupun itu hanyalah sebuah genggaman tangan. Aku selalu bahagia saat aku bersama dengannya. Menikmati setiap detik waktuku denganya.

Namun, kuingat-ingat lagi, itu terjadi beberapa tahun silam. Itu semua hanya sebuah masa lalu yang cukup membuat hatiku terluka. Tidak, bahkan aku tidak merasakan sakitnya karena hatiku masih ada padanya. Dia telah membawanya dan tidak mengembalikannya lagi. Namun ini terasa lebih menyakitkan. Hatiku kosong, terasa sangat perih ketika kau membawanya secara paksa.

Aku mencoba bangkit, semua hanya masa lalu. Yang perlu kulakukan hanya menguburnya rapat-rapat dan tak perlu mengungkit-ngungkitnya lagi. Tak perlu untukku menengok lagi masa lalu yang hanya akan membuatku sakit.


I don’t wanna dream about
All the things that never were
Maybe I can live without
When I’m out from under

I don’t wanna feel the pain
What good would it do me now
I’ll get it all figured out
When I’m out from under

Akan kusingkirkan semua kenangan-kenangan yang ada di benakku tentangmu. Akan kubuang semua hal yang ada sangkut pautnya denganmu. Aku tidak ingin memikirkan lagi semua hal tentangmu. Semua hal yang tidak akan pernah terjadi lagi diantara kita. Aku pasti bisa menjalani hidupku tanpamu. Semua orang pasti bisa bangkit dari keterpurukannya kan? Asalkan kita memiliki keinginan yang kuat untuk bangkit. Ya. aku pasti bisa lepas dari baying-bayangmu. 

Mungkin.

Kulangkahkan kakiku menuju sudut ruangan kamarku. Yang selama ini menajdi tempatku menumpahkan segala hal yang kurasa tanpa perlu takut orang lain akan tahu apa yang kurasakan. Kulihat disana wajah seseorang tengah menatapku. Ah, tidak, dia menatap kamera waktu itu. Foto pertama sekaligus terakhir yang aku ambil dari dirinya. Lembaran kenangan satu-satunya yang berhasil kudapat darinya. Wajah itu tersenyum penuh kebahagiaan. Seolah tidak ada beban di pikirannya.

Lembaran kertas itu membuat rasa itu datang kembali, rasa sakit yang hampa dan kosong. Rasa sesak saat melihat gambaran wajahnya dan senyumannya. Aku tidak ingin merasakan lagi rasa seperti ini.  Aku akan mengakhiri rasa sakit ini. Aku tidak ingin selamanya seperti ini. Tenggelam dalam bayang-bayang masa laluku bersamamu yang tidak akan pernah kembali. Semuanya akan berjalan dengan lancar setelah aku menghapus semua hal tentangmu dari hadapanku. Setdaknya itulah yang aku harapkan.


So let me go
Just let me fly away
Let me feel the space between us growing deeper
And much darker every day

Pagi ini aku kembali melakukan aktivitasku seperti biasanya. Hanya ada sedikit perbedaan, aku yang sekarang berbeda dengan aku yang kemarin. Aku yang sekarang adalah aku yang akan bangkit keluar, lepas dari bayang-bayang masa lalu. Tidak akan ada lagi Kim Hyeri yang pemurung dan sering melamun. Aku beruntung aku tidak dipecat dari pekerjaanku yang dulu. Jujur kurasakan prestasi kerjaku menurun selama beberapa tahun ini. Ya. semua ini karenanya. Karena dia yang telah membawa pergi hatiku.

Aku memasang ekspresi sebaik mungkin di wajahku. Begitu aku memasuki kantorku, aku menyapa beberapa orang rekan kerjaku. Mereka melihatku dengan tatapan heran. Heran mungkin karena aku yang biasa datang ke kantor dengan wajah kusut dan enggan untuk diganggu sekarang malah menyapa mereka.

Sampai di meja kerjaku, aku duduk disana dan memeriksa beberapa file yang masih harus kukerjakan. Aku membuka laci meja kerjaku. Dan aku terpaku melihat apa yang ada disana. Kukeluarkan benda itu. Kotak beludru berwarna merah itu telah sukses menyeretku kembali ke ingatan masa laluku bersamamu. Kukuatkan hatiku untuk membuka kotak tersebut. Didalamnya masih tersimpan rapi, cincin yang terbuat dari emas putih yang dihiasi oleh permata kecil. Dan masih dapat kulihat jelas ukiran itu. J&H.


“kudengar pimpinan kita yang baru sekarang masih sangat muda.”

“ya.. dan juga tampan.” Kudengar rekan kerjaku yang duduk di sebelah mejaku berbicara. Menghentikan bayangan masa lalu yang sudah hampir berjalan datang kembali menghampiriku. Kusimpan lagi cincin itu di dalam kotaknya.

“siapa itu namanya?”

“kau ini bagaimana sih, masa kau tidak tahu nama calon pimpinan kita yang baru. Namanya Kim Jongwoon.”

DEG! Tidak. Nama jongwoon sangat banyak di Seoul ini. Tidak mungkin itu dia. Kudengarkan lagi dengan seksama pembicaraan rekan kerjaku itu.

“kudengar dia diberi kepercayaan untuk mengelola perusahaan ini sekarang. Dan katanya dia itu dikenal sangat dingin terhadap semua bawahannya. Tapi prestasinya tidak dapat diragukan lagi. Pada awalnya kudengar dia ditempatkan oleh Youngmin sajangnim di cabang yang berada di Mokpo.”

“ah, Mokpo itu kan cabang perusahaan yang perkembangannya paling terlambat di banding cabang yang lain.”

“ya, tapi kau dengar sendiri sekarang justru cabang di Mokpo yang perkembangannya paling pesat. Itu semua karena Kim Jongwoon sajangnim yang turun tangan mengatur perusahaan disana.”

“aigoo.. sudah tampan, pintar, yah.. tapi sayangnya dia sudah beristri.” Aku semakin penasaran dengan siapa sebenarnya atasanku sekarang yang katanya baru itu.

“maaf, apa perusahaan kita sekarang memiliki atasan baru?”

Kedua rekan kerjaku itu menoleh padaku dengan tatapan kaget. Mungkin tidak menyangka aku akan berbicara pada mereka.

Salah seorang dari mereka menjawab pertanyaanku. “ya, iya Hyeri ah, kita punya atasan baru. Namanya Kim Jongwoon. Dia menantu dari Youngmin sajangnim.”

Tepat saat itu, Park Jungsoo, kepala bagian yang memimpin bagian tempatku bekerja datang. Dia menyuruh kami untuk segera beres-beres dan bersiap-siap menyambut atasan mereka yang baru yang katanya bernama Kim Jongwoon.

Dengan terburu aku kembali menyimpan kotak beludru yang sedari tadi masih ada di dalam genggaman tanganku. Semua karyawan di perintahkan berdiri dan memberi salam kepada atasan kami itu. Kami semua membungkukan badan kami. Sampai saat kami boleh berdiri tegak lagi, pandangan mata kami bertemu. Terlihat ada sedikit raut terkejut di wajahnya. Namun ia dengan cepat dapat mengendalikan dirinya lagi. Ia mengalihkan pandangan matanya dariku. Seolah tidak terjadi apa-apa. Dan memang tidak terjadi apa-apa, setidaknya di ruangan ini. Namun tidak di dalam diriku. Dia, Kim Jongwoon, yang selama 5 tahun ini selalu memenuhi pikiranku, berada di hadapanku, menjadi atasan kerjaku.


Watch me now and I’ll be someone new
My heart will be unbroken
It will open up for everyone but you
Even when I cross the line
It’s like a lie I’ve told a thousand times

Tidak, tidak bisa. Aku tidak boleh menyerah. Aku harus tetap memegang tekadku untuk melupakannya, untuk membuang jauh semua hal tentangnya. Tapi, kini dia ada di dekatku. Bahkan kini dia ada di hadapanku.

“duduklah.” Ya. nttah untuk alasan apa, atasanku, pimpinan perusahaan ini, Kim Jongwoon memanggilku ke ruangannya. Aku menuruti perintahnya untuk duduk di kursi di hadapan meja kerjanya. Aku diam, dia juga diam. Aku hanya bisa menunduk, tidak berani melihat wajahnya. Aku takut tidak bisa menahan perasaanku. Jujur, aku masih sangat menyayanginya. Jujur, aku sangat merindukannya. Tapi, apa dia merasakan hal yang sama padaku? aku yakin tidak.

Kudengar ia menghembuskan nafasnya sebelum berkata, “sudah sangat lama semenjak terakhir kita bertemu. Bagaimana kabarmu sekarang Hyeri ah?”

Jangan. Kumohon jangan membuatku goyah. Kudengar nadanya saat menyebut namaku masih sama seperti dulu. Salah satu hal yang mungkin sangat kecil namun sangat berarti untukku. Ingat Hyeri ah, semuanya sudah berubah. Sudah 5 tahun semenjak ia memutuskan untuk pergi meninggalkanmu.

“saya.. baik Kim sajangnim.” Aku sedikit menganggukkan kepalaku. Masih tidak berani melihat sosoknya. Bohong. Aku berbohong berkata seperti tadi. Aku tidak pernah baik-baik saja semenjak kau pergi.

“aku tidak menyangka dapat bertemu denganmu lagi disini.” Aku diam, tidak menanggapi perkataannya.

“dengar, Hyeri ah, aku tau ini sudah sangat lama tapi aku mau minta maaf padamu soal 5 tahun lalu. Aku tidak bermaksud untuk..”

“maaf sajangnim, apabila tidak ada lagi yang akan dibicarakan, saya harus kembali ke pekerjaan saya.” Aku segera berdiri dan menganggukan kepalaku sekilas padanya, pamit dan segera berlalu dari hadapannya.

“Hyeri ah, tunggu sebentar.” Ia berusaha mencegahku pergi, namun aku dengan cepat keluar dari ruangannya. Aku berjalan cepat menuju kamar kecil. Masuk ke salah satu biliknya. Aku sudah tidak dapat menahannya lagi. Air mataku yang dengan sekuat tenaga kutahan sedari tadi akhirnya tumpah juga mengalir di kedua pipiku.

Kenapa ini semua terasa sulit? Kenapa aku tidak bisa lepas dari semua hal tentangmu? Di saat aku sudah bertekad akan melenyapkanmu dari ingatanku, kau malah muncul kembali di hadapanku, tidak membiarkanku walau hanya beberapa saat untuk bebas darimu.

Semuanya hanya bisa menjadi seperti sebuah kebohongan untukku. Bohong aku baik-baik saja tanpa dirimu.


And part of me still believes
When you say you’re gonna stick around
And part of me still believes
We can find a way to work it out
But I know that we tried everything we could try
So let’s just say good bye
Forever

- 5 years ago-

“maafkan aku Hyeri ah, aku tidak bisa bersamamu lagi.” Ia menundukkan kepalanya, tidak melihat padaku.

“apa?” aku yang sedang meminum cola yang baru saja kubuka terkejut mendengar perkataannya.

“kita berpisah Hyeri ah.” Kali ini ia menatap wajahku. Dari matanya dapat kubaca ia seperti tidak tega mengucapkan hal itu padaku.

“tapi kenapa oppa? Apa salahku? Maafkan aku kalau aku mempunyai salah padamu.” Suaraku mulai terdengar sengau.

“aniya, kau tidak salah apa-apa. Aku yang salah. Aku bukan pria baik-baik. Jadi kumohon lupakan saja aku. Anggap saja aku tidak pernah hadir di dalam kehidupanmu.”

“oppa.. katakan padaku ada apa? Kalau kau punya masalah, ceritakanlah padaku, siapa tahu aku bisa membantumu memecahkan masalahmu.” Air mataku mulai menganak sungai di kedua pipiku.

“jebal, jangan menangis Hyeri ah. Kau tidak pantas menangisi pria sepertiku. Kau adalah gadis baik yang terlalu baik untukku.” Ia terdiam sesaat, “aku hanya pria pengecut yang hanya bisa membuat seorang gadis baik sepertimu menangis.”

“tapi kenapa oppa? Jebal.. jangan meninggalkanku.. aku tidak bisa tanpamu oppa.. “ ucapku sambil terisak.

“mianhae Hyeri ah,” ia memelukku dengan erat cukup lama, “saranghae,” ia kemudian mencium keningku agak lama dan tanpa berkata apa-apa lagi, kau pergi meninggalkanku.

“andwae oppa… jebal.. jangan pergi..” aku menangis sejadi-jadinya, tak peduli dengan keadaan sekitarku.

Jongwoon POV

“mianhae Hyeri ah,” aku memeluknya dengan erat. Sungguh, aku sangat menyayangi yeoja yang berada di pelukanku ini. Aku tidak tega membuatnya menangis seperti ini. Aku juga tidak mau berpisah dengannya. Tapi aku bukan namja baik.

“saranghae,” kukatakan bahwa sebenarnya aku sangat mencintainya. Tapi aku tidak bisa terus bersamanya. Dia gadis baik, sedangkan aku hanyalah pria yang hanya bisa menjual dirinya demi menyelamatkan perusahaan ayahnya dari kebangkrutan dengan cara menikahi putri pemilik perusahaan lain yang lebih makmur agar perusahaan ayahku dapat terbebas dari jurang kehancuran.

TBC

oke. ini fic total dari kegalauan saya dengerin tu lagu out from under. jadi maaf kalo kacau. kacau-kacau tapi malah jadi dibikin chapter aja. hhe.. so please read and give your comment. ^^
*bow

2 komentar:

  1. Poor them :(
    Did Jongwoon still love her until now?
    Tsk tsk fate is always unpredictable /sigh/
    Good story you got here!

    BalasHapus
  2. I don't know.. maybe jongwoon still love her until now..
    T.T

    BalasHapus