Selasa, 13 Maret 2012

[FF] Where Are You







Where Are You…
Author           :           RitsuKim
Main cast       :           Kim Hyeri
                                    Kim Jongwoon

“kau mau permen?”, lagi-lagi namja aneh ini datang menggangguku. Padahal sudah beberapa kali kutolak perhatiannya, dari mulai dengan cara yang halus, sampai dengan cara yang agak . . mungkin kalau orang biasa akan cukup tersinggung dengan caraku ini, tapi orang ini tidak pernah menyerah dan terus saja datang ke hadapanku.

“tidak, Kim Jongwoon ssi.” Kataku dengan nada tegas. Berharap dia mengerti kalau aku sudah jengah terus diganggu olehnya.

Ya, namanya Kim Jongwoon. Namja ini satu angkatan denganku dan sialnya lagi dia juga teman sekelasku. Dia tidak pernah berhenti berusaha terus menempel padaku. Baik itu saat sedang di kelas, perpustakaan, kantin, atau seperti sekarang ini, saat aku sedang asik-asiknya membaca buku sendirian di taman sekolah. Ntah apa alasannya dia selalu bersikap begitu. Dia perhatian padaku? Ya. Tapi perhatiannya ini terlalu berlebihan, sehingga lama-lama kalau kau merasakannya sendiri, kau akan kesal dan malah merasa terganggu dengan perhatiannya itu.

“ah, kalau begitu aku akan menemanimu saja disini.” ucapnya dengan wajah tanpa dosa.

Aku mendengus sebal kemudian menutup buku yang sedang kubaca dengan cukup keras. Aku berdiri dan beranjak pergi meninggalkannya. Tapi seperti yang sudah kukira, “hey, kamu mau kemana Hyeri ah?”. Ia buru-buru menyusulku. Aku berjalan semakin cepat, menjauh darinya. Tapi ia berlari mengejarku sampai ia bisa berjalan sejajar denganku.

“kau mau kemana? Kenapa buru-buru? Istirahat kan masih cukup lama.” Lagi-lagi dengan wajah polosnya itu. “ah! Kamu mau ke kantin ya? Kau pasti lapar kan? Ayo ke kantin bersama. Aku juga lapar.” Dan senyum polos itu muncul lagi. Aku tidak membalas perkataannya. Biar saja dia bicara sendiri seperti itu.

Aku mengarahkan langkah kakiku menuju kelas, aku sedang tidak mau makan hari ini karena setelah istirahat berakhir akan ada mata pelajaran sejarah. Kalau aku makan dulu, dipastikan aku akan mengantuk mendengar penjelasan panjang lebar dari guru sejarahku yang menurutku sangat monoton.

“lho, nggak ke kantin? Kamu nggak makan Hyeri ah? Nanti kamu sakit lho… atau mau kubelikan? Mau kubelikan apa, hm?” tanyanya sok perhatian, sambil terus mengekoriku.

“aku tidak makan Kim Jongwoon ssi.” Kataku sembari masuk ke kelas. Aku berjalan menuju mejaku dan duduk disana. Dan sudah bisa ditebak, dia duduk di kursi sebelahku.

“kenapa tidak makan? Nanti kau sakit. Atau mau minum saja? Aku belikan ya. Tunggu aku.” Dengan semangatnya, tanpa menunggu jawaban dariku dia bergegas pergi ke kantin.

Sementara dia pergi, aku buru-buru keluar kelas lagi sebelum dia kembali. Aku mengarahkan kakiku menuju ke belakang sekolah. Disana ada lapangan tempat biasanya murid-murid berolahraga. Disana kulihat ada Hyunji yang sedang duduk di kursi yang berada di pinggir lapangan, melihat  pacarnya Kyuhyun yang sedang bermain bola dengan teman-temannya. Hyunji adalah sahabatku. Dia sekelas denganku dan juga teman sebangkuku. Aku mendatangi Hyunji dan duduk di sampingnya.

“sedang mengagumi pacarmu yang tampan, huh?” ucapku menggodanya sambil menyikut pelan Hyunji yang tatapannya tak pernah lepas dari pacarnya itu.

“aigoo… Hyeri ah, kau mengagetkanku.” Terlihat dari ekspresi wajahnya kalau dia memang kaget karena aku tiba-tiba datang dan mengajaknya bicara. “apa yang kamu lakukan disini? Menghindar dari si Jongwoon lagi huh?” gantian dia yang sekarang tersenyum jahil menatapku.

“hah.. dia selalu saja membuatku gerah.” ucapku sambil memutar kedua bola mataku.

“kemana dia pergi?”

“dia ke kantin, membelikanku makanan. Dan aku kabur saat dia pergi.” Ucapku dengan senyum kemenangan di wajahku karena usahaku berhasil kabur dari Jongwoon.

“ya ampun…” Hyunji malah terkekeh mendengarkan cerita usaha kaburku dari Jongwoon.

“kenapa kau malah tertawa?”

“ani, hanya saja, mau sampai kapan kau terus kabur-kaburan dari Jongwoon? Kukira Jongwoon tidak akan pernah menyerah untuk terus mengikutimu. Kenapa tidak kau terima saja perhatiannya itu?”

“tidak akan pernah. Aku tidak suka padany. Dia itu aneh Hyunji ah.. kau tau sendiri perilakunya seperti apa. Merasa diri punya sixth sense lah, tingkah lakunya juga konyol, dan kamu ingat dia pernah membawa binatang peliharaan, kura-kuranya itu ke sekolah dan dia kelihatan sedang berbicara dengan kura-kuranya? terus ketika ditanya katanya dia memang selalu bercerita pada peliharaannya itu? Kurang aneh apalagi coba.” Kataku membeberkan keanehan-keanehan Jongwoon.

“yaa.. memang sih, tapi kan dia baik padamu. Selalu perhatian.”

“kamu ingat Hyunji ah, aku pernah cerita kalau Jongwoon bilang padaku, aku adalah belahan jiwanya dan aku akan menjadi istrinya kelak. Itu malah membuatku takut padanya. Kau sih waktu itu belum datang ke kelas.” Kataku sedikit kesal karena bukannya membelaku dan menghiburku, Hyunji malah menyarankan aku menerima segala perhatian Jongwoon.

“ah, iya aku ingat! kau cerita kalau dia mengatakan hal itu pada semua orang di kelas kan?” dan lagi-lagi Hyunji malah tertawa.

“ya! Kenapa kau malah tertawa! Bukannya menghiburku.” Ucapku memasang wajah cemberutku.

“ani, hanya saja menurutku Jongwoon sangat lucu, mungkin dia berharap kau itu menjadi istrinya makanya dia bilang begitu ke seluruh isi kelas.” Hyunji masih saja tertawa sambil berbicara seperti itu. “dan ngomong-ngomong, itu lihat Jongwoonmu sudah datang.”

Aku berbalik melihat ke belakangku. Dan ternyata memang benar kata Hyunji, Jongwoon sedang berjalan ke arahku sambil membawa satu kotak susu stroberi dan roti. Sesampainya ia di hadapanku dia tersenyum lagi dengan senyum polosnya itu.

“annyeong, kamu kemana saja Hyeri ah? Aku mencarimu di kelas tadi, rupanya kamu kesini. Oia, aku bawakan roti dan susu stroberi kesukaanmu, ini.” Dia mengangsurkan makanan yang dibawanya padaku.

“Jongwoon ssi, aku sudah bilang aku tidak mau makan, untuk apa kau berikan itu padaku, toh aku tidak akan memakannya.”

“ah, iya tapi…” dia menggaruk kepalanya, sepertinya bingung harus menjawab apa.

“sudahlah.” aku berdiri dan berjalan meninggalkannya dan Hyunji yang hanya melihat kepergianku.

“ah, tunggu Hyeri ah.. “ dia mengejarku lagi masih sambil membawa roti dan susunya. Setelah berjalan sejajar denganku, “setidaknya minumlah susunya. Aku tau kamu belum makan dan minum apapun kan hari ini?”

“aku makan atau tidak itu urusanku Jongwoon ssi, lebih baik sekarang kau berhenti terus menempel padaku. Kau tahu? aku tidak suka kau terus mengikutiku kemana pun aku pergi di sekolah ini. Aku gerah melihatmu. Aku bosan! Aku tidak butuh tukang mengekor sepertimu!” kataku cukup keras padanya.
Dia diam dengan raut wajah yang sulit untuk diartikan mendengar perkataanku barusan. Seperti ada raut kecewa, sedih, tapi ntahlah, tatapan matanya seperti kosong. Melihat dia diam saja seperti itu aku langsung pergi meninggalkannya. Kuharap dia kali ini mengerti maksudku dan berhenti menempel terus padaku. Aku tahu kata-kataku tadi sangat tidak pantas dan pasti menyakiti perasaannya. Tapi aku sudah lelah seperti ini terus. Aku bosan diikuti terus olehnya. Aku ingin punya kehidupanku sendiri tanpa di ekori olehnya.

Sepertinya kali ini dia tidak mengejarku lagi. Saat bel masuk tiba pun dia masuk kelas, tapi dia tidak menghampiriku dulu. Dia langsung duduk di tempat duduknya. Dan sudah saatnya pulang sekolah, dia juga tidak mendatangiku lagi dan ngotot untuk mengantarku pulang, karena biasanya dia seperti itu. Syukurlah kalau dia sudah mengerti.

-Where Are You…-

“hatsyi!” sungguh sakit ini benar-benar membuatku kesal. Aku tidak bisa melakukan apa-apa. Hanya bisa diam di rumah dan istirahat. Sudah dua hari ini aku sakit. Demam dan flu. Untuk berdiri saja rasanya aku tidak kuat. Andai saja Eomma dan Appa masih ada. Appa dan Eomma sudah pergi meninggalkanku selamanya. Mereka kecelakaan dua tahun silam saat akan menjemputku di sekolah. Dan sekarang aku hidup sendiri di Seoul ini karena aku anak tunggal dan saudara Appa semuanya ada di Jepang. Sedangkan saudara Eomma tidak ada yang mau mengurusku karena dulu Kakek yaitu ayah dari Eomma tidak menyetujui pernikahan Eomma dengan Appa. Pamanku yang juga adik dari Appa pernah menawariku untuk pindah saja ke Jepang, tapi aku tidak mau. Aku lebih memilih tinggal disini sendiri. Akhirnya Paman menyerah membujukku pindah ke Jepang dan membiarkanku tinggal sendiri disini. Tapi Paman ku lah yang membiayai semua keperluanku.

Namun, di saat-saat seperti inilah aku sangat membutuhkan orang lain. Kemarin Hyunji ditemani Kyuhyun datang kemari setelah pulang sekolah begitu mendengar bahwa aku sakit. Dia menemaniku sampai malam, saat aku akan tidur. Tapi tidak mungkin kan kalau Hyunji terus-terusan menemaniku. Dan sekarang, kepalaku rasanya semakin terasa berat. Aku bilang pada Hyunji kemarin kalau aku sudah pergi ke dokter, padahal kenyataannya belum. Aku hanya membeli obat flu biasa dari apotik. Dan sepertinya obat itu tidak berpengaruh sedikit pun.

Di saat aku sedang berusaha berjalan tanpa terjatuh menuju kamar mandi, bel pintu rumahku berbunyi. Kulihat jam, ini masih pagi, siapa yang bertamu sepagi ini? Aku memutuskan untuk membuka pintu rumah dulu. Dan betapa terkejutnya aku melihat siapa yang berada di hadapanku sekarang.

“Jongwoon ssi??”

“annyeong..” sapanya hangat dengan senyuman di wajahnya. “kudengar kamu sakit. Aku ingin menjengukmu kemarin tapi.. ah, iya aku bawakan makanan untukmu. Kurasa kamu belum sarapan.” Dia memperlihatkan bungkusan yang sedari tadi ia bawa di tangannya.

Di saat dia masih tersenyum di hadapanku, pandangan mataku rasanya semakin kabur, semakin gelap dan yang kuingat hanya suara Jongwoon yang kaget. “Omo! Hyeri ah!”

-          Where are you… -
“Hyeri ah, kamu sudah sadar?”

Kubuka perlahan mataku, kulihat samar wajah seseorang di sampingku, sampai akhirnya kulihat jelas Jongwoon menatapku khawatir namun seketika terpancar kelegaan dari matanya begitu aku bicara.

“Jongwoon ssi?” suaraku terdengar lemah. Seperti berasal dari tempat lain di telingaku.

“oh, syukurlah kamu sudah sadar. Aku khawatir sekali saat kamu tadi tiba-tiba pingsan di depan mataku. Apalagi setelah kuperiksa badanmu sangat panas. Tapi setelah dokter datang tadi dan bilang kamu hanya demam dan flu berat aku sedikit lega. Dan dokter tadi memberikan resep obat untukmu, obatnya sudah aku beli. Kamu harus banyak istirahat Hyeri ah. Kata dokter, besok kamu jangan masuk sekolah dulu. Oia, aku juga buatkan bubur untukmu. Tunggu sebentar aku bawakan ya.” Dengan cepat ia pergi dari hadapanku, sepertinya ia pergi ke dapur. Tak lama ia kembali lagi ke kamarku.

“maaf aku lancang masuk ke rumahmu dan juga memasak di rumahmu.” Dia bicara dengan senyuman lembut terukir di wajahnya. “nah, ayo aa…” dia bermaksud menyuapiku.

“jam berapa sekarang?” tanyaku masih dengan suara yang kecil.

“jam 2 siang.”

“kenapa kamu tidak masuk sekolah?”

“makanlah dulu, nanti aku jawab semua yang ingin kamu tanyakan.” Dia membujukku dengan lembut. Dan akhirnya aku menerima suapannya. “aku membolos.” Dia terkekeh dengan jawabannya sendiri. “aku ingin menjengukmu. Aku khawatir terjadi sesuatu padamu.” Ia terdiam sebentar.  Kulihat dia memang memakai seragam sekolahnya.

“mianhae. Selama ini aku selalu mengganggumu. Aku mengekorimu terus. Aku.. hanya ingin terus berada di dekatmu. Melihatmu. Mendengar suaramu berbicara padaku. Maafkan aku kalau selama ini ternyata apa yang kulakukan malah membuatmu susah dan kesal.” Ia tertunduk. Rasanya sikapku yang kemarin keras padanya memang sudah sangat keterlaluan. Aku membentaknya seperti itu.

“aku berjanji tidak akan mengekorimu terus. Tapi biarkan aku tetap menjadi temanmu.” Kali ini dia menatapku langsung ke mataku. Ada tatapan memohon disana.

“sudahlah, lupakan saja hal itu.”

“kamu memaafkanku?” terlihat binar-binar senang di matanya.

“hm, aku mau makan lagi.” Dan dia langsung menyuapiku lagi dengan semangat. Tidak ada salahnya kan aku membuat orang yang sudah menolongku ini senang? “oia, dan kenapa kau membolos hanya untuk menjengukku? Aku nggak tanggung jawab ya.”.  Jongwoon hanya terkekeh.

Seharian ini aku menghabiskan waktuku dengan Jongwoon. Kurasa dia tidak terlalu mengganggu juga. Atau hanya aku saja yang berlebihan menganggap kalau dia itu mengganggu?

Esoknya, dia juga datang lagi ke rumahku. Aku masih tidak masuk sekolah karena dokter bilang aku setidaknya harus istirahat di rumah selama 3 hari sampai keadaanku sehat dan benar-benar pulih. Aku cukup terkejut dengan kehadirannya di depan rumahku saat hari masih pagi. Dan lebih terkejut lagi saat dia ternyata membawa hewan peliharaannya. Kura-kura kesayangannya yang setelah aku tanya bernama ddangkoma. Ia sangat menyayangi kura-kuranya itu. Ia merawatnya sedari kecil. Katanya kura-kura itu adalah pemberian dari kakeknya yang sudah meninggal. Ia sangat menyayangi kakeknya. Ia suka mengajak kura-kuranya berbicara di saat ia sedang bosan karena ia merasa seperti sedang berbicara dengan kakeknya. Ternyata dia bukan aneh, tapi ia hanya sangat menyayangi kura-kuranya itu. Dan ia juga sering bertingkah konyol karena sebenarnya ia merasa kurang percaya diri. Ia merasa tidak pandai berbaur dengan orang lain, maka dari itu ia bersikap begitu untuk menarik perhatian orang lain. Hari ini aku melihat sosok sebenarnya dari seorang Jongwoon. Dan kurasa aku mulai nyaman dengannya dan menyukainya?

-          Where are you… -

Hari ini adalah hari terakhir aku beristirahat di rumah. Dan ntah kenapa aku malah mengharapkan Jongwoon datang lagi ke rumahku.

1 jam.

2 jam.

3 jam.

Kulihat jam di dinding rumahku sudah menunjukkan pukul 10. Aku sudah berpikir mungkin dia tidak datang. Yah, walau bagaimanapun kan dia harus sekolah.

Namun, di saat aku sudah berpikir begitu, bel pintu rumahku berbunyi. Dengan semangat aku membuka pintu rumahku. Dan kulihat Jongwoon berdiri disana dengan senyum manisnya.

“annyeong..”

“annyeong, masuklah..” aku membuka pintu rumahku lebih lebar supaya Jongwoon masuk. Tapi dia tetap berdiri di tempatnya. “kamu tidak mau masuk?”

“mm.. aku kesini hanya sebentar. Aku tidak bisa lama-lama.” Kulihat dari wajahnya memang sepertinya ia sedang terburu-buru. Dan, kuperhatikan wajahnya sedikit pucat? Atau hanya perasaanku saja?

“ada apa?” tanyaku.

“aku hanya mau memberikan ini.” Dia menyodorkan sebuah cincin perak dihadapanku. aku bertanya-tanya, apa maksudnya, “Hyeri ah, saranghae..”

Aku tertegun mendengar apa yang dikatakannya barusan. Ia meneruskan bicara. “aku tahu kamu pasti kaget. Tidak apa-apa. Hanya saja, terimalah cincin ini. Aku tidak akan mengharapkan balasan perasaan yang sama darimu.” Dengan senyum yang masih terukir di wajahnya ia meraih tangan kiriku. Dia memasangkan cincinnya di jari manis tanganku. Setelah memasangkan cincinnya ia mengecup punggung tanganku.

“sudah ya, aku harus pergi. Dah…” dan ia berlalu begitu saja dari hadapanku. Ia melambaikan tangannya padaku saat pergi, masih dengan senyum hangat terukir di wajahnya.

Sedangkan aku masih saja berdiri di depan pintu. Sungguh, hal ini membuatku sangat terkejut. Dan orang yang sudah membuatku seperti ini malah pergi begitu saja tanpa ada beban sedikit pun. Ini benar- benar, “na do saranghae Jongwoon ah.. na do..”

Aku harus bilang padanya bahwa aku juga menyukainya. Ya, besok aku akan mengatakannya langsung saat di sekolah. Aku bertekad.

-          Where are you… -

Esok harinya, aku benar-benar bersemangat untuk pergi ke sekolah. Pagi-pagi sekali aku sudah ada di kelas. teman sekelasku satu persatu menyapaku dan menanyakan keadaanku. Kubilang aku sudah baik-baik saja.

Aku terus menunggu Jongwoon sampai bel masuk sekolah berbunyi. Namun, tidak ada tanda-tanda Jongwoon masuk kelas. aku ingin menanyakan Jongwoon pada teman yang lain. Tapi, rasanya ada yang menghalangiku untuk menanyakan Jongwoon pada orang lain. Ntahlah, gengsi mungkin? Teman sekelasku semuanya tahu kalau aku sangat tidak menyukai Jongwoon.

Sudah 3 hari berlalu, namun aku tidak juga melihat Jongwoon masuk sekolah. Apa dia sakit? Aku mulai khawatir. Akhirnya rasa penasaranku mengalahkan egoku. Aku bertanya pada Hyunji ketika bel tanda berakhirnya pelajaran berbunyi.

“Hyunji ah..”

“ne?” Hyunji menolehkan kepalanya padaku.

“aku lihat, sudah 3 hari ini Jongwoon tidak masuk sekolah, sebenarnya dia kenapa?”. Hyunji yang sedang merapikan barangnya tiba-tiba berhenti bergerak. Dia menatap mataku dengan serius.

“ah, iya, waktu itu kamu tidak masuk sekolah. Aku lupa mengatakannya padamu Hyeri ah.” Raut wajahnya tiba-tiba berubah sedih. Aku merasakan firasat yang tidak enak.

“Jongwoon… sudah meninggal Hyeri ah..”

“MWO???” aku benar-benar kaget sampai-sampai aku tidak sadar kalau aku sudah berteriak. “tapi, bagaimana mungkin? Kapan?” teriakku histeris.

“waktu kamu sakit Hyeri ah, dia meninggal pukul sepuluh pagi, ternyata selama ini dia mengidap penyakit kanker otak stadium akhir. Hanya saja dia tidak pernah menceritakannya pada orang lain. Waktu malam, hari ketiga kamu tidak masuk sekolah penyakitnya kambuh, ia langsung dilarikan ke rumah sakit. Tapi besoknya ia meninggal.” Hyunji menjelaskan padaku panjang lebar.

“jam 10, tapi…” tak kuasa, air mataku sudah mengalir di kedua pipiku. Bagaimana mungkin? Jam 10 pagi dia datang ke rumahku. Ia datang dan bilang kalau ia menyukaiku. “Jongwoon ah…” aku menangis sesenggukan di kelas saat itu juga.

Jongwoon ah, aku belum berterima kasih padamu. Aku belum membalas pernyataan cintamu. Aku belum membalas semua perhatianmu. Tapi kenapa kau malah pergi meninggalkanku? Aku masih ingin berbicara denganmu. Aku masih ingin mendengar suaramu. Aku masih ingin menatap matamu. Aku masih ingin melihat wajahmu tersenyum kepadaku. Aku masih ingin kau mengikutiku kemanapun aku pergi. Aku masih ingin bersamamu.

-          Where are you… -

Aku diberitahukan oleh Hyunji tempat Jongwoon dimakamkan. Aku melihatnya, nama yang terukir di nisan itu. Kim Jongwoon. Kini aku berlutut di samping gundukan tanah yang merupakan tempat Jongwoon dikuburkan. Aku menyentuh batu nisannya. Air mataku kembali menganak sungai. Aku tidak bisa menahannya.

Di saat itu, seorang anak perempuan datang menghampiriku dengan seorang wanita yang sudah cukup berumur. Anak perempuan itu bertanya padaku.

“Hyeri onnie?” aku terkejut, kenapa anak ini bisa tahu namaku. “annyeonghaseyo, aku Jongmi, yeodongsaeng dari Jongwoon oppa, Hyeri onnie pacarnya Jongwoon oppa kan? Oppa menitipkan ini untuk diberikan pada onnie.” Anak kecil itu memberikan bunga mawar putih padaku.

Aku tersenyum pada Jongmi, “ne, aku Hyeri.. pacarnya Jongwoon oppa, gomawo sudah memberikan ini padaku Jongmi ah..” aku mengelus kepala Jongmi lembut. Aku kembali menatap nisan yang bertuliskan namanya.

“Gomawo Jongwoon ah, Saranghae..”

2 komentar:

  1. Sedih :( Jongwoon ku kenapa mati? :( yah hyeri nyesel deh hiks

    BalasHapus
  2. eonniiii ah ~ ~
    kenapa Jongwoonku dibunuh?? ㅠㅠ

    ceritanya bagus, cuma kurang panjang :p
    itu Jongwoonnya bener2 mirip yg asli.

    ayo ayo bikin lagi ;)

    BalasHapus