Sabtu, 07 September 2013

[FF] Little Fairy Part. 1/?



Title                :  Little Fairy
Author           :  RitsuKim
Main Cast      :  Oh Se Hun
                           Go Ah Reum (OC)
                           Luhan
                           Park Chan Yeol
                           Kang Yu Ra (OC)
Genre             :  AU, Friendship, Romance
Rated              :  G
Length            :  Continue
A/N           : karena ini ceritanya bergenre AU, jadi lupakan tentang Sehun yang maknae, ceritanya semuanya satu umur, :D cerita ini murni saya bikin karena terkesima liat muka cuek tapi sengaknya seorang Oh Sehun pas perform di Immortal Songs 2, Hope you like it. Enjoy! RCL please, ^^

“omo, Chanyeol oppa!! Kyaaaaa..!!!”

Aku hanya bisa menghela nafas melihat kelakuan teman di sampingku ini. Kalau bukan karena Yura ini sahabatku, aku malas menemaninya melihat pertandingan basket hanya untuk fangirling seperti ini. Dapat kulihat orang yang diteriaki temanku ini melayangkan senyuman dan melambaikan tangannya ke arah Yura.

“kyaaaaa..!! Chanyeol oppa neomu kyeopta..!!” Yura malah semakin menjadi. Lagipula untuk apa Yura berteriak-teriak seperti itu hanya karena Chanyeol oppa tersenyum padanya. Bukannya Chanyeol oppanya itu selalu tersenyum padanya setiap hari? Bukannya mereka biasa makan bersama saat istirahat? Kadang pulang bersama juga. Intinya, untuk apa Yura meneriaki pacarnya itu seperti mereka tidak pernah bertemu saja.

“Yura ya, berhentilah berteriak seperti itu,” kelamaan berada di sampingnya yang berteriak sekuat tenaga itu bisa-bisa membuat telingaku tuli mendadak. Orang yang kusebut barusan akhirnya menoleh padaku yang tengah duduk. Dengan polosnya dia hanya terkekeh menanggapi keluhanku.

“mianhae Ahreum ah,” Yura malah nyengir melihat wajahku yang memasang ekspresi kesal.

“mau sampai kapan kita disini? Berhentilah berteriak seperti itu, lama-lama aku bisa tuli,” tanyaku sembari melihat waktu di jam tanganku.

“sebentar lagi juga selesai pertandingannya Ahreum ah, tunggu sebentar lagi ya, please,” Yura memohon dengan mengeluarkan aegyonya. Dia tahu kalau dengan mengeluarkan aegyonya itu aku selalu tidak bisa menolak permintaannya.

“arasseo, arasseo, tapi jangan berteriak terlalu keras seperti tadi lagi,” baru saja aku menutup mulut, dia sudah berteriak-teriak kencang lagi tanpa mengindahkan permintaanku untuk tidak berteriak kencang.

---

Aku heran, setelah berteriak-teriak tadi Yura masih saja punya energi tersisa untuk merecokiku perihal apakah dia harus memberikan minum dulu atau cemilan dulu pada Chanyeol oppanya itu.

“kau berikan minumnya saja dulu,” aku memberikan masukan padanya. Padahal untuk apa dia meributkan hal tidak penting seperti itu.

“minum dulu ya, ah, baiklah, ayo temani aku menemui Chanyeol oppa,” Yura main menarik tanganku saja untuk mengikutinya.

“chamkamman, kau pergi sendiri saja ya Yura ya?” aku paling malas kalau harus menemaninya menemui pacarnya itu di ruang ganti pemain basket. Selain karena nantinya aku malah dijadikan obat nyamuk karena Yura asyik mengobrol berdua dengan Chanyeol oppa, aku malas masuk ke ruangan yang penuh dengan suara berisik seperti itu. Ya, namja-namja pemain basket itu pasti sangat berisik apalagi kalau semuanya berbicara pada saat bersamaan dengan suara keras.

“waeyo? Kenapa kau selalu tidak mau kalau aku ajak kesana?” Yura merenggut karena aku bertahan tidak mau ikut dengannya.

“aku tidak suka tempat berisik Yura ya, kamu tau kan?” aku tersenyum tidak enak pada Yura. Bagaimana pun aku merasa sedikit tidak enak karena menolak permintaannya.

“jebal, temani aku Ahreum ah, aku janji tidak akan lama, hanya memberikan minuman dan camilan ini pada Chanyeol oppa, setelah itu kita pulang, ya?” Yura mulai merengek padaku.

Aku terdiam, makin merasa tidak enak karena Yura sudah merengek seperti itu, aku masih saja menolaknya.

“jebal..” Yura memohon padaku.

“hh, arasseo, tapi janji ya cuma sebentar setelah itu kita pulang?” aku memastikan meskipun aku tidak yakin Yura bisa hanya sebentar saja bertemu pacarnya itu.

Yura langsung sumringah karena aku bersedia menemaninya. Dia langsung saja menarikku berjalan menuju ruang ganti pemain basket di sebelah selatan sekolah.

Dan sudah kuduga, aku terjebak sendiri di ruangan yang penuh dengan namja berpostur tubuh tinggi-tinggi ini. Setelah masuk dan melihat Chanyeol oppanya, Yura malah langsung asyik berduaan dan melupakanku. Terdengar jahat memang, tapi sebenarnya Yura adalah teman yang baik. Dia adalah teman terbaikku semenjak SMP dan sekarang kami masih selalu bersama sampai SMA. Dia selalu bersamaku dan menemaniku.

Semasa SMP, Yura adalah murid baru di kelasku. Dia cantik, pintar dan memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Dan satu lagi, dia juga berasal dari keluarga yang berada. Ayahnya adalah seorang CEO di K Corp. sebuah perusahaan yang bergerak di bidang produksi alat-alat elektronik yang sudah tembus pasar mancanegara. Yura memiliki darah keturunan Jepang dari Ibunya. Ibunya adalah orang Jepang. Sebelum tinggal di Korea Selatan, Yura tinggal bersama orang tuanya di Jepang. Namun karena orang tuanya juga sering bepergian, Yura memutuskan untuk ikut dengan kakak laki-lakinya tinggal di Seoul. Kakak laki-lakinya yang bernama Kang Jong In kini tengah menjalani masa kuliahnya di Seoul Global University. Saat Yura baru masuk sekolah saja sudah banyak sekali yang mendekatinya. Dalam sekejap, Yura menjadi begitu populer di sekolahku. Yura juga dengan mudah dekat dengan murid-murid populer di sekolahku.

Sampai pada saat itu, di sekolah akan diadakan perlombaan antar kelas yang bernama “I’am the Smartest”. Lomba yang mempertandingkan seberapa pintarnya dirimu. Setiap kelas harus mengirimkan dua kandidat murid terpintarnya untuk mengikuti lomba ini. Dan pada saat itu Park Songsaengnim yang merupakan wali kelas kami menunjukku dan Yura untuk menjadi wakil dari kelas kami. yah, meskipun aku selalu terlihat diam saja, aku adalah murid yang mendapatkan peringkat pertama di kelas dan masuk peringkat 3 besar di sekolah untuk angkatanku.

Aku hanya seorang murid biasa saja di sekolah ini, bukan murid popular seperti Yura. Aku masuk ke Namjoo Junior High School melalui jalur beasiswa yang kudapatkan karena aku selalu mendapatkan peringkat pertama ketika aku masih di elementary school. Aku berasal dari keluarga biasa-biasa saja. Ayahku hanya pekerja kantoran biasa dan Ibuku adalah Ibu Rumah Tangga biasa. Kalau bukan karena beasiswa, aku tidak akan bisa masuk ke Namjoo JHS. Selain terkenal karena prestasi sekolah ini yang bagus, ujian masuknya yang sulit, Namjoo JHS juga memiliki biaya masuk sekolah yang cukup mahal karena fasilitas yang disediakan sekolah ini juga sangat lengkap. Tentu saja pendapatan yang diterima oleh keluargaku tidak akan cukup untuk membiayaiku masuk sekolah ini.

Pada saat itu aku tidak terlalu pandai beradaptasi dengan teman sekelasku. Aku lebih banyak menyendiri di kelas. Aku tidak memiliki cukup percaya diri untuk bergaul dengan mereka yang kebanyakan berasal dari keluarga berada.

Saat Park Sonsaengnim mengumumkan bahwa aku dan Yura yang menjadi wakil kelas, Yura yang saat itu duduk bangku didepanku berbalik dan mengajakku untuk berjuang bersama dengan senyum riang khasnya. Aku tidak menyangka Yura mengetahui kalau aku adalah Go Ahreum yang disebut Park Sonsaengnim, padahal aku tidak pernah memperkenalkan diriku padanya.

Sampai pada saat final lomba itu menyisakan 3 peserta, aku, Yura dan seorang lagi dari kelas lain. Semua orang di kelasku banyak yang mendukung Yura menjadi pemenangnya. Namun keadaan berkata lain. Aku menang dari Yura dengan skor berbeda tipis. Skorku dan Yura hanya berbeda 10 poin. Dan juri memutuskan aku yang menang dan menjadi juara lomba itu. Aku mengira Yura akan marah atau bersikap jelek padaku, namun ternyata dia malah memberikan selamat padaku dan mengoceh tentang dia yang harus lebih banyak berlatih dan belajar di perpustakaan sepertiku agar dia bisa menang dariku. Aku bertanya-tanya, darimana dia tahu kalau aku sering diam di perpustakaan.

Yura bersikap baik padaku, namun tidak dengan teman-teman yang selalu bersamanya. Pada saat aku akan pulang, tiba-tiba saja mereka datang padaku dan membawaku, lebih tepatnya menyeretku ke halaman belakang sekolah. Salah seorang dari mereka berbicara bagaimana mungkin aku bisa menang dari Yura. Harusnya Yura yang menang dan bukan aku. Mereka menuduhku berbuat curang, malah salah satu dari mereka menampar wajahku. Aku tidak berani melawan mereka. Aku hanya bisa diam, aku berharap dengan aku diam mereka akan segera berhenti dan meninggalkanku. Tapi tidak, mereka malah semakin menjadi-jadi, mereka menendang lututku sampai aku tersungkur. Aku sudah hampir menangis sampai ada sebuah teriakan yang mengalihkan perhatian mereka. Kudengar suara itu marah. Terdengar seperti memarahi mereka yang tadi menyeretku kesini. Suara itu terdengar mengancam mereka supaya tidak pernah berani-berani lagi memperlakukanku seperti tadi. Kudengar langkah-langkah kaki pergi. Aku masih tersungkur, berlutut di tanah yang kotor. Suara itu kini bertanya apakah aku baik-baik saja dan meminta maaf atas perlakuan mereka padaku. Ia membantuku bangun. Dan aku melihat Kang Yura dengan wajahnya yang cemas. Aku menjawab bahwa aku baik-baik saja dan berterima kasih padanya karena telah menolongku.

Semenjak kejadian itu, Yura tidak pernah lagi bersama-sama dengan rombongan yang membullyku itu. Dia malah selalu merecokiku, mengikutiku ke perpustakaan dan bertanya bagaimana aku bisa bertahan selalu menyendiri di sekolah.

Awalnya aku hanya menanggapi Yura seperlunya. Aku tidak mau berurusan lagi dengan orang-orang seperti mereka. Aku hanya ingin menjadi Go Ahreum yang selalu menyendiri. Namun karena aku jarang menanggapi keberadaan Yura, Yura akhirnya berbicara kalau dia kecewa karena aku jarang menanggapinya, Yura bilang dia hanya ingin berteman denganku. Aku tertegun mendengar perkataannya. Bagaimana mungkin seorang Kang Yura yang populer itu ingin berteman denganku?

Yura berhasil meyakinkanku sampai akhirnya kami menjadi teman dekat. Dia selalu membantuku dan menyemangatiku agar aku lebih percaya diri. Dia bilang dia senang berteman denganku. Dia bilang dia sangat ingin memiliki teman yang benar-benar mengerti dirinya, bukan teman yang ingin dekat dengannya karena dia kaya, cantik atau yang lainnya. Dan dia bilang dia menemukan sosok teman seperti itu pada diriku.

Semakin lama aku juga semakin mengenal dirinya. Yura bukan seorang putri orang kaya yang sombong seperti yang aku kira dulu. Meskipun kadang sifat manja dan selalu ingin diturutinya itu cukup merepotkan juga. Tapi menurutnya itu yang membuat kami cocok. Katanya sifatku yang dewasa ini cocok dengan sifatnya yang manja itu. Aku sendiri tidak tahu bagaimana bisa ia menyebutku dewasa.

Aku tersenyum sendiri di ruang ganti basket sambil melihat-lihat fotoku dengan Yura saat kami SMP di telepon genggamku. Sampai seseorang menepuk pundakku.

“Ahreum ah, kenapa kau tersenyum-senyum sendiri?” ternyata Yura yang datang. Dia bersama-sama dengan Park Chanyeol, pacarnya yang sangat tinggi seperti Namsan Tower itu.

“ah, aniya. Pulang sekarang?” aku dengan cepat menutup handphone flipku karena kalau Yura tahu aku sedang melihat foto-fotoku kami dia selalu heboh dan segera bercerita pada semua orang disana mengenai pertemanan kami.

“aigoo, jangan-jangan kau sedang melihat-lihat fotomu dengan pacarmu ya?” Yura malah menggodaku. Padahal dia tahu karena kami selalu bercerita satu sama lain kalau aku tidak punya pacar, dia selalu saja menggodaku seolah aku mempunyai pacar dan menyembunyikannya dari Yura.

“Yura ya, jangan mulai deh,” aku memutar bola mataku. Yura malah terkekeh senang bisa menggodaku. Menurutnya aku itu harus selalu digoda supaya aku mau berbicara dan banyak berekspresi.

“ah iya, Ahreum ah mianhae aku tidak bisa pulang denganmu. Aku akan diantar Chanyeol oppa. Gwaenchana?” Yura terlihat takut-takut. Mungkin takut aku marah karena lagi-lagi dia tidak dapat menepati janjinya untuk pulang bersama. Yah, ini sudah biasa terjadi.

“gwaenchana, aku bisa pulang sendiri naik bis,” aku tersenyum padanya menenangkan.

“aniya, kamu tidak boleh pulang sendiri Ahreum ah, ini sudah sangat sore, berbahaya kalau kau pulang naik bis sendirian,”

“lalu aku harus bagaimana Yura ya? tidak mungkin kan kalau aku naik taksi. Sudahlah lagipula aku sudah biasa naik bis sendiri,” lagi aku tersenyum padanya.

“tidak boleh, aku akan semakin tidak enak kalau kamu pulang sendiri,” saat itu salah seorang namja pemain basket tadi yang aku tahu adalah teman dekat dari Chanyeol oppa datang.

“jadi mana Tuan Putri yang harus aku antarkan dengan selamat sampai ke istananya?” dia bertanya pada Chanyeol oppa.

“ah, ini dia. Luhan ah tolong antarkan teman baik Yuraku ini ya,” Chanyeol oppa menjawab dengan cepat. Luhan oppa melihat padaku.

MWO?? Aku diantar Luhan oppa?? Apa aku tidak salah dengar. Tapi, tidak. Bisa-bisa aku membeku selama di jalan kalau hanya berduaan dengan Luhan oppa.

“Luhan oppa, tolong antarkan Ahreum teman baikku ini ke rumahnya dengan selamat ya. Ingat, ga boleh di apa-apain! Kalau sampai terjadi apa-apa pada Ahreum, oppa akan merasakan akibatnya dariku,” ancam Yura pada Luhan dengan nada bercanda.

“arasseo, arasseo, tidak boleh diapa-apakan. Kalau aku jadikan pacarku boleh?” Luhan oppa mengerlingkan matanya padaku.

“ah, kalau itu sih terserah Ahreumnya,” Yura terkekeh menggodaku. Ia tahu aku menyukai Luhan oppa, dan ia juga tahu kalau aku adalah tipe yang tidak akan berkutik kalau dekat dengan orang yang kusukai.

“bagaimana Ahreum ah? Kamu mau jadi pacarku?” Luhan oppa mengedipkan matanya padaku.

“eh, tapi, aku,” aku hanya bisa tergagap menanggapi obrolan mereka.

“sudah sana, jangan menggoda Ahreum terus. Dasar playboy,” Chanyeol oppa menepak kepala Luhan oppa, menegur Luhan oppa supaya berhenti menggodaku. Akhirnya ada yang mengerti juga. Terima kasih Chanyeol oppa.

“omo, Ahreum ah, wajahmu kenapa merah begitu? Apa kau benar-benar menyukai Luhan?” Chanyeol oppa berekspresi terkejut melihatku. Astaga, rupanya dia juga sama saja. ==’

Apakah mukaku benar-benar merah? Omo, ini gawat. Yura malah tidak membantu sama sekali. Dia masih saja tersenyum-senyum padaku.

“kalian berisik sekali. Kenapa tidak cepat-cepat pulang?” seseorang datang lagi. Aku melihat kepadanya. Saat aku melihat padanya, tepat saat pandangan matanya mengarah juga padaku. kami saling berpandangan. Aku sempat tertegun melihat pandangan matanya yang terkesan acuh tapi menusuk itu.

“ah, Sehun ah, kami akan pulang sekarang koq,” Luhan oppa yang pertama menjawab. Orang yang disebut Sehun itu mengalihkan pandangannya pada Luhan oppa.
“pacar barumu?” Ia bertanya dengan nada cueknya dengan mengedikkan kepalanya menunjuk padaku.

“ah, sayangnya bukan,” Luhan oppa pura-pura memasang wajah sedihnya.

“oh,” Sehun oppa menanggapinya datar.

“ah, ayo kita pulang saja Ahreum ah,” Luhan oppa tanpa ragu-ragu malah menggenggam lenganku yang membuat jantungku rasanya mau copot saat itu juga. Dia menarikku keluar ruangan, dan dengan baik hati ia membawakan tas sekolahku yang kusimpan di bangku tadi.

“Ahreum ah hati-hati ya. hubungi aku kalau sudah sampai rumah,” Yura berteriak padaku yang tengah dibawa Luhan oppa.

Astaga, kenapa tidak ada satupun yang mencegahku agar aku tidak diantar Luhan oppa? Seseorang tolong aku!

-KEUT-

ya ampun, ini kenapa jadi berasa sinetron gini, XD
proudly present, my first EXO Fanfiction, :D

2 komentar:

  1. MANA LANJUTANNYA MANA??????

    wkwkwkwk rima ngebuat aku baca ff straight lagi T^T tp kok ini kayaknya lebih enak di jadiin yuri? Si yura ama ahreum yg jadian gitu? fiwit xD

    cie chanyeol oppa punya pacar cieee. cie luhan oppa playboy cieee (aku salah satu korban kakek luhan TvT)dan cie si sehun oppa si mata sengak nongol pas akhir2 dengan gaya pengaknya xD

    lanjutin yah aku mau tau gimana akhir cerita cintaku bersama sehun oppa TvT ((aku manggil sehun oppa yes yes yes)) sehun oppa saranghae <3 /loh

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus